PAREPARE – Bakal calon gubernur Sulsel, Prof Nurdin Abdullah yang berkunjung ke Parepare untuk meresmikan relawan Prof Andalan ikut mengenang masa kecilnya di kota kelahirannya, Jumat (24/11/2017).
“Dahulu saya ingat bermain bersama teman-teman kecil di Labatu, nonton bola di stadion tidak pernah bayar, polisi yang jaga tidak berani tahan kita,” kenang Nurdin.
Nurdin juga mengenang masa-masa saat duduk di SMP Negeri 4 Parepare. Ia sering ditugaskan gurunya memeriksa jawaban hasil ujian teman-temannya.
Saat itu pula, saat jaman belum ada sosial media, Nurdin berkirim surat ke orangtuanya di Makassar dengan mengandalkan jasa titip surat di mobil angkutan warga Labatu.
Dalam kesempatan peresmian relawan Prof Andalan, Nurdin tidak lupa mengajak teman-teman kelasnya untuk melakukan reuni kecil di atas panggung relawan, dengan berfoto bersama dan saling berangkulan.
Salah satu teman sekelas SMP Nurdin, Suwardi (53) menyebut sosok Nurdin sejak kecil hingga menjadi tokoh, sifat dan sikapnya tidak pernah berubah.
“Kalau ketemu dari dulu sampai sekarang tidak pernah lupa pada kami. Sejak SMP Nurdin kelihatan pendiam dan serius orangnya, tapi tetap bersahabat dengan teman-temannya,” ujar Suwardi, yang berprofesi sebagai ASN di Dinas Kesehatan Parepare.
Sementara itu, pasangan Nurdin, Andi Sudirman Sulaiman yang turut hadir dalam peresmian rumah pemenangan relawan Prof Andalan menyebut, Kota Parepare telah melahirkan dua tokoh berlatar belakang professor yang menjadi panutan banyak orang, yaitu mantan Presiden Prof BJ Habibie dan pasangannya Prof Nurdin Abdullah.
Dalam kegiatan yang turut disaksikan ratusan warga Parepare di jalan Jambu, Nurdin menjanjikan bilamana terpilih sebagai gubernur akan menjadikan Parepare sebagai kota perniagaan dan kawasan industri terbesar di bagian timur Indonesia, dengan bersinergi dengan Wali Kota Parepare sebagai pemilik wilayah.
Sebelum meresmikan rumah pemenangan, Prof Nurdin menyempatkan diri singgah di posko relawan alumni Jepang, di Pantai Mattirotasi. Prof Nurdin berdialog dengan alumni pelajar dan tenaga kerja di Jepang, menggunakan bahasa Jepang yang fasih.(*)