KINABALU — Sekitar Ratusan anak TKI yang berada dalam wilayah kerja Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sabah, belum lama ini menerima biasiswa Repatriasi 2018 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lewat KJRI Sabah.
Konjen KJRI Sabah di Kota Kinabalu , Krishna Djelani, usai penyerahan biasiswa
diberikan melalui sekolah, seleksi diadakan di sekolah indonesia kota kinabalu, Sabtu, yang dilanjutkan seleksi penerimaan siswa-siswi, Minggu (11/3/2018).
Menurut bagian penerangan KJRI Sabah, Imam Sireger, untuk Join News Network (JNN) lewat WhatsApp, dari Kota Kinabalu, Minggu (11/3/2018), seleksi Beasiswa Repatriasi 2018 dari anak-anak Indonesia di Sabah dan Sarawak, berjalan.
Mereka ini (anak-anak) sekolah sebelumnya mengikuti pendidikan dasar dan lanjutan pertama di Community Learning Center / PKBM di berbagai ladang perkebunan sawit di Sabah dan Sarawak. Seleksi untuk tingkat SMP
diikuti 141 anak-anak TKI.
Konsul Jenderal Republik Indonesia Kota Kinabalu, Krishna Djelani, pada pembukaan seleksi mengatakan pemberian beasiwa Kemdikbud kepada anak-anak TKI di Sabah merupakan salah satu bentuk perhatian Pemerintah terhadap pendidikan, dan kesempatan emas bagi siswa-siswi untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Agar pendidikan anak anak TKI , Pemerintah mendatangkan 300 guru agar akses pendidikan dari SD, SMP, dan SMA bahkan ketingkat perguruan tinggi yang merupakan hak dasar bagi anak-anak TKI mengecam pendidikan.
Sementara Ketua Panitia Seleksi Beasiswa Repatriasi 2018, Melly Saftriani S.S, seleksi ini merupakan tahapan akhir dari penjaringan awal 931 siswa/siswi Sekolah Menengah Pertama di Sabah dan Sarawak.
Dan mereka yang lolos seleksi akan di tempatkan di delalam sekolah Indonesia penerima beasiswa dari Sabah dan Serawak diantaranya, SMA Permata Insani-Jakarta, SMA Marsudirini-Muntilan, SMA Mutiara Islam-Cileungsi, SMK Islamic Village-Tanggerang, SMK Penerbangan Aerodirgantara-Tanggerang, SMK Negeri 1 Lembar-Lombok Barat, SMK Negeri 2 Simpang 4-Kalimantan Selatan, SMA Kristen 1 Surakarta-Solo.
Tentu harap Melly , dengan seleksi diperoleh siswa-siswi yang memiliki kualitas akademik dan siap mental untuk melanjutkan pendidikan di tanah air, meski mereka akan berjauhan dengan orang tua sebagai TKI.
Seorang diantara peserta tes, yang harus berjalan 9 jam dari ladang untuk tiba di SIKK (tempat seleksi) yang menyampaikan hasratnya melanjutkan pelajaran , bisa dan mampu menjadi tenaga edukatif dan kembali di ladang menjadi seorang guru. Sebab, sesama anak TKI di Ladang Masi banyak yang tidak terakses bersekolah dasar meski diantaranya sudah berusia diatas 9 tahun.
Selain Beasiswa Repatriasi 2018 dari kementerian pendidikan RI, juga beasiswa lain oleh swadaya masyarakat, yaitu Sabah Bridge yang dipelopori oleh guru-guru CLC di Sabah.
Catatan JNN ketika bertugas di Sabah, tahun 2012, sesuai data KJRI di Kota Kinabalu, tercatat ada 52.000 anak -anak TKI dan dari usia 8-12 tahun belum menikmati pendidikan dasar . Hanya saja , pemerintah RI mengirim tenaga guru , tidak meliat kondisi anak -anak TKI ini berasal dari daerah mana .Sehingga guru yang dikirim itu menyesuaikan kondisi disebankan anak anak TKI mayoritas asal Bugis Sulawesi Selatan.
Gubernur Sulawesi Selatan ,Syahrul Yasin Limpo, setelah terpilih kembali , menyadari hal ini dan dia berjanji mengusulkan ke Pemerintah Pusat , lebih mengutamakan tenaga edukatif yang akan dikirim ke sekolah dilarang perkebunan direkrut dari Sulawesi Selatan.Namun janji ini hingga Syahrul Yasin Limpo, akan mengkhairi masa jabatan dua priode ini janji itu belum terpenuhi alias belum menjadi pikiran pemerintah pusat. (JNN/NAS)
Ketgam:
Konjen Sabah Krishna Djelani, saat menyematkan kepada salah satu siswi yang mendapat beasiswa,Sabtu (10/3) di SIKK (Foto KJRI Sabah).