PALOPO — Penari legendaris yang terkenal pada dekade 1970 dan 1980-an, Didik Hadiprayitno SST, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Didik Nini Thowok menginjakkan kaki di kota Palopo dan bakal menjadi salah satu dewan juri dalam Festival Tari Kreasi Mahasiswa Indonesia (Festasi) se Sulselbar di pelataran Kampus IAIN Palopo, Minggu malam nanti, 26 Agustus 2018.
Seniman paling berpengaruh di Indonesia ini untuk kali pertama mengunjungi kota Palopo dan didaulat oleh UKM Seni Sibola IAIN Palopo untuk menjadi salah satu anggota dewan juri dari tiga juri yang disiapkan pihak panitia penyelenggara.
Ahmad Hadianda, pegiat tari dan warga istimewa UKM Sibola, yang juga salah seorang panitia lomba tersebut mengatakan, pihaknya sengaja mendatangkan sang maestro tari yang namanya melambung tidak saja di Indonesia itu agar ilmu dan pengalamannya di dunia seni tari bisa dipetik dan menjadi inspirasi bagi banyak orang, bukan saja para peserta lomba.
“Rencana mendatangkan Mas Didik (ke Palopo) sebenarnya sudah lama, namun, Alhamdulillah baru bisa terwujud sekarang, harapan kami semoga dengan kehadiran beliau bisa menularkan ilmu, bakat dan pengalamannya selama ini pada kita semua, sehingga kita bisa lebih mengembangkan kreasi tari lokal kita,” ucap Ahmad.
Didik sendiri saat dijumpai di Mega Plaza sesaat setelah mendarat di Palopo mengatakan, dirinya memberi apresiasi terhadap anak-anak muda yang masih peduli pada khasanah budaya bangsa. Ia berharap Festival Tari Kreasi Mahasiswa yang digelar ini mampu memperkuat semangat berkesenian dan mempertahankan budaya serta kearifan lokal pada anak-anak bangsa.
“Saya sedih, televisi kita lebih banyak menayangkan sinetron yang tidak mendidik, tema-tema perselingkuhan, edukasi budayanya kurang, mau dibawa kemana generasi muda kita?,” ucapnya.
Saat ini, Didik Nini Thowok lebih banyak diundang ke luar negeri untuk menjadi narasumber dan pemateri seminar kebudayaan dan sesekali melakukan pementasan tari.
Ia juga menyayangkan jika pihak luar negeri, bangsa asing justru lebih mengapresiasi khasanah budaya bangsa Indonesia ketimbang bangsa kita sendiri.
“Saya sekarang lebih banyak keliling dunia, diundang ke beberapa negara, ini saya mau berangkat lagi ke Taiwan awal September, habis itu lanjut ke Hongkong, Jepang, Singapura, pihak luar ternyata lebih mengapresiasi budaya kita, jadi jangan heran jika etika dan budaya lokal oleh anak-anak bangsa kurang dihargai, sehingga yang muncul kemudian para koruptor yang tidak beretika dan tidak berbudaya,” tandas penari yang lahir di Temanggung, Jawa Tengah, 13 November 1954 ini.
Ia berpesan agar budaya lokal di kota Palopo dan Luwu Raya jangan sampai hilang, karena itu menjadi ciri dan identitas lokal yang harus terus dilestarikan dan dikembangkan.
“Jangan malu menggunakan bahasa daerah, karena itu ciri dan identitas kita, begitu juga dengan berkesenian dan berkebudayaan, itu yang dapat memperkokoh kita sebagai anak bangsa dari negeri yang majemuk ini,” kunci Didik yang populer dengan Tari Dwimuka-nya.
Untuk diketahui, Festasi se Sulselbar ini diikuti oleh 19 peserta dari berbagai sangggar seni (UKM) mahasiswa, misalnya STIE Muhammadiyah Mamuju, Parepare, UNM Makassar, Mandar, Bone, Pangkep, Palopo dan lain lain. Sementara Didik Nini Thowok sendiri akan memberikan materi dalam Workshop Tari pada Rabu pagi pukul 08.00 Wita (29/8) di Gedung Serbaguna IAIN Palopo.(*)