PAPUA — Sebby Sambom, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat menyebut, yang mereka bunuh bukanlah pekerja sipil, melainkan tentara zeni.
“Sebagian besar pekerja adalah anggota TNI, hampir semua orang tahu itu,” kata Sebby seperti dikutip BBC News Indonesia, Mohamad Susilo, Jumat (7/12) kemarin.
Ia mengatakan pihaknya sudah pernah meminta pembangunan jalan ini dibatalkan, tapi permintaan ini tak dipenuhi.
Sebuah akun Facebook kelompok Papua Merdeka -belum bisa diverifikasi- mengaku telah lebih dari tiga bulan memantau para pekerja di jembatan Kali Aworak, Kali Yigi, dan Pos Mbua, sebelum kemudian melakukan serangan itu.
Di sisi lain, baik PT Istaka Karya maupun polisi dan TNI memastikan, dari 20 orang yang sudah dipastikan tewas, 19 adalah warga sipil. Sementara satu tentara tewas dalam serangan lain kelompok itu ke sebuah pos tentara.
Beberapa korban yang selamat dari peristiwa itu juga menegaskan bahwa mereka adalah pekerja biasa, sebagian besar berasal dari Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Salah satunya adalah Martinus Sampe (25 tahun) yang menceritakan kisah serangan ini melalui sambungan telepon ke Nelson Salembang, tetangganya di Dusun Poya, Kapalapitu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Adapun anak Nelson, Anugrah Tandirannu (17 tahun), tewas, begitu juga dengan Alpianus (27 tahun), sepupu Martinus, dan setidaknya 17 orang lain.
Baik Martinus dan Alpianus sama-sama bertugas sebagai operator ekskavator PT Istaka Karya yang mengerjakan proyek pembangunan jembatan di Nduga.
Komandan Distrik Militer 1414 Tana Toraja, Letkol Czi Hiras Mameak Saragih Turnip, menegaskan pula hal itu.
“Kesemuanya kami sudah identifikasi, bahwa mereka pekerja adalah murni warga sipil dan bukan dari pihak TNI,” kata Hiras Mameak Saragih Turnip, kepada wartawan, Jumat (7/12), sebagaimana laporan Jufri Tonapa, seorang wartawan di Tana Toraja.
Ia menyebut, para pekerja warga Tana Toraja yang tewas itu jumlahnya 11 orang, sementara empat orang selamat.
Ada pun Kapolres Tana Toraja, AKBP. Julianto P Sirait menyebut, dari 11 orang itu sembilan jenazah telah dipulangkan ke keluarga mereka di Toraja Utara.
Bagaimana reaksi pemerintah?
Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa para pelaku akan ‘ditumpas sampai ke akar-akarnya,’ namun pembangunan infrastruktur Papua tak akan dihentikan.
“Saya tegaskan, tidak ada tempat untuk kelompok kriminal bersenjata di tanah Papua maupun di seluruh pelosok Indonesia. Dan kita tidak akan pernah takut,” tegas Jokowi.
Ratusan tentara dan polisi dikerahkan ke Papua dan berbagai kalangan mencemaskan terjadinya lagi gelombang kekerasan.
Hal itu, kata Jokowi, justru “membuat tekad saya membara untuk melanjutkan tugas besar kita, untuk membangun tanah Papua, serta untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Sementara TNI dan Polri mengirim ratusan anggotanya ke lokasi, dan sejauh ini sudah berhasil membawa keluar 20 jenazah, dan mengungsikan sejumlah pekerja yang selamat.
Mereka menegaskan bahwa para pelaku akan terus diburu, ‘hidup atau pun mati.’ Dan mereka harus menyerah tanpa syarat.
Hal ini menimbulkan kecemasan berbagai kalangan, bahwa siklus kekerasan akan kembali bergulir, setelah pemerintah dikesankan meninggalkan pendekatan keamanan dalam menangani masalah Papua.(BBC/JNN/**)