Petani Luwu Utara Protes, Tiga Tahun Tak Garap Sawah Gegara Bendung Baliase

LUWU UTARA — Puluhan pemuda yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Mappedeceng bersama para petani melakukan aksi demonstrasi di depan kantor DPRD Luwu Utara, Senin 14 Januari 2019.

Aksi tersebut menuntut Pemda Luwu Utara untuk membuat saluran air dari Bendung Baliase untuk 30 Hektar sawah yang ada di Desa Mappedeceng.

Bacaan Lainnya

Koordinator aksi, Muhammad Rifki mengatakan, sudah tiga tahun lamanya masyarakat di Desa Mappedeceng tidak menggarap sawah mereka, lantaran tidak adanya ketersediaan air.

“Untuk itu kami turun ke jalan bersama petani menyuarakan aspirasi kami, meminta kepada pemerintah daerah agar membuat saluran air dari Bendung Baliase ke persawahan milik warga Mappedeceng,” kata Rifki.

Selain itu Rifki menuturkan, keberadaan Bendung Baliase yang kini telah selesai dibangun, tidak dirasakan baik oleh masyarakat Desa Mappedeceng, pasalnya, tidak ada saluran dari bendungan menuju persawahan warga.

“Meskipun bendungan yang super megah dibangun di desa kami dan jarak anatara bendungan dan persawahan hanya 100 meter, tapi kami tidak merasakan hadirnya bendungan itu. Bendungan itu hanya menguntungkan bagi mereka yang jauh disana, sementara kami tidak. Seolah olah kami ini di anak tirikan oleh Pemda,” ungkap Rifki.

Untuk itu, Rifki menegaskan pihak Pemerintah Kabupaten Luwu Utara harus bertanggung jawab dan segera mencari solusi agar persawahan di desa Mappedeceng seluas 30 HA, dapat teraliri air Bendung Baliase.

“Kalau tidak, kami akan kembali turun ke jalan,” jelas Rifki.

Terpisah petani asal desa Mappedeceng Anshari (40) yang ikut dalam aksi mengatakan agar pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Utara agar membuat aliran sungai dari Bendung Baliase ke persawahan milik mereka.

“Karna ituji bendungan yang kami harap airi sawah kami. Di sawah kami ini kesulitan air, dan sudah 3 tahun kami tidak menggarap sawah. Kami ini makan dari sawah itu. Apa gunanya dibangun itu bendungan besar kalau kami masyarakat yang ditempati bendungan justru sawahnya tidak di airi bendungan. Apa kami ini dianggap anak tiri sama pemerintah?,” ungkap Anshari.(Ham/**)

Pos terkait