LeSuRe: Jokowi 50,51% Vs Prabowo 49,49% Lampu Kuning Bagi Petahana?

POLITIK — Memotret Pilpres 17 April 2019 yang sudah menghitung hari, dan pasca debat Capres dan Cawapres 1, 2 dan 3 menghadapi debat 4 dan 5 serta kampanye akbar yang sedang berlangsung, tampaknya survei kali ini menjadi penentu referensi pemilih untuk menentukan paslon capres dan cawapres paslon 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin atau 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada 17 April 2019 mendatang.

Di Surabaya, Rabu (27/03/2019), Lembaga Survei Regional (LeSuRe) Political Consulting merilis hasil survei ini dengan mengunakan dua metode survei sekaligus yaitu pendekatan metode semi real count dan survei sampling.

Dua metode ini sengaja LeSuRe gunakan untuk mengukur lebih akurat dan konprehensif hal yang penting mulai dari popularitas, elektabilitas, akseptabiltas dan akuntablitas masing masing paslon 01 dan 02, mengingat Pilpres sudah sebentar lagi. Namun untuk memperjelas LeSuRe lebih fokus pada elektabilas paslon 01 dan 02.

Pendekatan Metode Semi Real Count

Dalam pendekatan semi real count ini sebenarnya metode kualitatif yang dikuantitatif dengan jumlah responden 152 juta mulai dari 10 februari sampai dengan 25 maret 2019 dengan analisa Timeline Series pengguna media sosial yang aktif dilakukan verifikasi skore pembobotan dan verifikasi pengguna media sosial.

Dari data Timeline Series dapat LeSuRe ditarik simpulan per tanggal 27 Maret 2019 bahwa eletektabilitas 01 yaitu 50,51 persen sementara elektabilas 02 sudah 49.48 persen, artinya lampu kuning buat petahana 01 dan lampu hijau buat penantang 02. Berikut adalah data timeline elektabilitas mulai 10 februari sampai dengan 26 maret 2019

Data Timeline eletaktabilitas Per tanggal 10 Febuari sampai 25 Maret 2019 :

Data time line  eletaktabilitas

Per tanggal 10 Febuari sampai 25 Maret 2019 :

No Tanggal 01 (%) 02 (%) Margin errror
1 10 Februari 2019 39 55 6
2 20 Februari 2019 52 48 0
3 2 Maret 2019 47 43 0
4 6 Maret 2019 58 36 6
5 9 Maret 2019 41 51 8
6 23 Maret 2019 51 49 0
total 26 Maret 2019 50.51 49.49 0

 

Dari data Timeline elektabiltas diatas, dapat dijelaskan beberapa hasil analisis melalui 3 pendekatan sebagai berikut :

Pertama, analisis dynamic timeline : Melalui metode ini dapat dilihat bagaimana perkembangan strategi komunikasi atau kampanye yang sudah dilakukan oleh masing-masing paslon berikut pergerakan isu dan peristiwa penting dalam kampanye politik baik dalam penyampaian visi misi, membangun personal branding juga membangun koalisi antar partai politik dan elit politik.

Kedua, analisis jaringan: Dilihat dari analisis popularitas individual, Jokowi masih lebih unggul dibandingkan dengan Prabowo, karakteristik individual Jokowi merupakan daya tarik tersendiri. Namun Jika dilihat dari kekompakan jaringan komunikasi kubu Prabowo lebih unggul.

Ketiga, analisis Percakapan : Melalui pendekatan ini dapat dianalisis isi dari komunikasi atau pembicaraan yang dilakukan termasuk pesan apa saja yang sering di bicarakan serta siapa saja yang sering membicarakan. Analisis ini serta momentum yang ada kurang dimanfaatkan oleh paslon dan timnya bahkan menjadi blunder bagi masing masing kubu.
Dari ketiga Pendekatan analisis diatas, maka dapat ditarik score atau nilai elektablitas paslon 01 dan 02 sudah hampir cross / sama dengan perbandingannya elektabiltas 01 sebesar 50.51% dan 02 sebesar 49.49%. Artinya jika selama 3 minggu kedepan tidak ada blunder dan tsunami politik maka selisih elektabilatas hanya 0.50. Sehingga ada peluang nantinya pemilu ini akan dibawa ke meja Mahkamah Konstitusi.

Selain itu, untuk memperkuat data dan analisa, LeSuRe juga melakukan survei dengan cara sampling.

Survei Pendekatan Sampling

Survei ini menggunakan metode konvensional dengan sampling sebesar 1.200 yang tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia, rentang waktu antara 17 februari sampai 17 maret 2019, menunjukkan hasil yang juga hampir sama yaitu elektabilitas paslon 01 sebesar 49.05% dan paslon 02 sebesar 46.95% dengn margin error 4%, Hal ini menunjukkan bahwa setelah debat pertama, kedua dan ketiga terjadi perubahan pada elektabilitas pada kedua kubu.

Peningkatan elektabilitas terjadi pada kubu paslon 02 sebesar 2 persen dan penurunan elektabilitas sebesar 1 persen pada kubu paslon 01. Tipisnya selisih nilai elektabilitas ini cukup membahayakan paslon 01, sedangkan bagi paslon 02 juga masih perlu strategi baru karena faktor penentu 02 sudah mulai menurun, sedangkan faktor penentu paslon 01 terlihat ada peningkatan tapi tidak menambah elektalitas.

Rekomendasi dan Kesmimpulan

Dari kedua metode survei yang telah dilakukan oleh LeSuRe, dapat disimpulkan bahwa setelah debat ketiga dilakukan, selisih elektabilitas antara 01 sebagai petahana belum terlalu aman karena elektabiltas berada dibawah 50 persen menjelang pemilu. Selain itu, selisih nilai elektabilitas antara paslon 01 dan paslon 02 tidak lebih dari 2.5 persen. dan apabila mengabaikan margin error maka ada kemungkinan terjadi cross terhadap nilai elektabilitas tersebut, mengingat pemilu tinggal 3 minggu lagi.

Kejar mengejar elektabilitas sangat dinamis antara 01 dan 02. Hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing kubu sudah bekerja secara maksimal dan hanya tinggal menunggu detik detik akhir pada 17 April mendatang.

Dalam rentang waktu 3 sampai 2 minggu bahkan 1 minggu kedepan juga dapat diprediksi jika masing-masing paslon tidak membuat blunder, maka posisi elektabiliitas akan stabil, namum jika ada blunder maka akan sangat dapat mempengaruhi elektabiltas masing masing paslon. Selisih nilai elektabilitas yang tipis ini akan terus berlanjut dan semua peta elektabilitas masih bisa terjadi, apakah petahana 01 bisa bertahan ataukah 02 bisa menyalip di last minute tergantung dari faktor nasab dan nasib yang berpihak atau lebih tepatnya tergantung tsunami politik terakhir.

Oleh:
M. Mufti Mubarok 
Direktur Lembaga Survei Regional (LeSuRe) Political Consulting

 

Sumber

Pos terkait