SRAGEN — Modernisasi pertanian merupakan hal yang harus dilakukan untuk memajukan pertanian nasional. Upaya tersebut diperlukan guna meningkatkan kualitas dan hasil pertanian para pelaku usaha tani.
Menurut Presiden, para petani sudah selayaknya untuk mulai beralih pada cara-cara baru dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang memungkinkan peningkatan hasil pertanian yang lebih baik. Salah satunya ialah mengenai proses pengeringan padi yang menurut pengamatannya tidak mengalami perubahan sejak puluhan tahun lalu.
“Ini kan kita sudah bertahun-tahun yang namanya menjemur padi di jalan atau di pelataran. Ini sudah berpuluh-puluh tahun. Masa enggak ingin berubah?” ujarnya.
Untuk itu, Kepala Negara berencana untuk menjembatani para pelaku usaha tani dengan pihak perbankan agar memperoleh fasilitas pembiayaan yang meringankan bagi upaya modernisasi industri pertanian itu.
Hal itu disampaikan Presiden di Gedung Olah Raga (GOR) Diponegoro, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, pada Rabu, 3 April 2019, saat bersilaturahmi dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) serta Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) se-Jawa Tengah.
“Nanti akan saya atur setelah 17 April untuk bertemu dengan bank agar ada pinjaman bank sehingga seluruh penggilingan padi ini memiliki dryer. Ini penting sekali,” kata Presiden.
Kepala Negara melanjutkan, persoalan memodernisasi proses pengeringan ini merupakan suatu hal yang krusial. Musim panen yang sering kali bertepatan dengan musim hujan menyebabkan turunnya kualitas gabah karena tingginya kadar air. Imbasnya harga jual gabah atau beras petani juga mengalami penurunan.
“Bukan hanya untuk urusan padi, tapi urusan jagung juga bermasalah. Kualitasnya turun gara-gara hanya dijemur, tidak masuk ke dryer. Ini sudah kita alami bertahun-tahun masak kita teruskan?” tuturnya.
Bagi petani dalam sistem pertanian konvensional, masa-masa panen saat musim hujan akan menjadi persoalan tersendiri yang akan terus berlarut apabila tidak segera melakukan upaya modernisasi. Apalagi gabah yang disimpan tanpa pengeringan terlebih dahulu akan mudah rusak dan menurunkan mutu hasil panen.
“(Usaha) penggilingan harus ada dryer-nya sehingga setiap saat hujan kayak apapun yang namanya gabah atau jagung bisa masuk ke mesin pengering,” ucapnya.
Tak hanya itu, Presiden juga mendorong para pelaku usaha tani untuk dapat memberikan nilai tambah bagi hasil panennya. Salah satunya ditempuh dengan melakukan pengemasan produk-produk pertanian sehingga dapat langsung dipasarkan sendiri tanpa harus melewati rantai perdagangan yang cukup panjang.
“Kalau bisa yang namanya penggilingan padi itu sudah ada mesin pengemasannya. Penting sekali sehingga keluar dari mesin itu sudah dalam bentuk kemasan-kemasan yang siap dijual atau dipakai sendiri,” ujar Presiden.
Presiden menjelaskan, ke depan, Indonesia masih akan menghadapi perubahan global yang sangat cepat. Tantangan tersebut membutuhkan kesiapan diri agar dapat mengikuti sekaligus beradaptasi dengan perubahan-perubahan itu.
“Kalau kita tidak mengikuti, tidak mengubah diri, dari pola-pola lama ke pola-pola baru, kita ditinggal oleh negara lain. Jangan sampai kita kalah. Kita ini negara besar,” tutur Kepala Negara.
Dalam kesempatan terpisah, Presiden Joko Widodo mengutarakan bahwa usaha penggilingan padi seharusnya kini dilengkapi dengan unit-unit usaha pendukung lainnya seperti pengeringan dan pengemasan hasil tani.
“Mestinya penggilingan padi itu terpadu dengan dryer dan packaging unit sehingga nilai tambah itu akan ada di petani. Kita harapkan nilai tambahnya semakin meningkat di petani,” ucapnya.
Oleh karenanya, saat bertemu dengan para pelaku usaha tani, Kementerian Pertanian, dan pihak perbankan di Istana dalam beberapa waktu mendatang, Presiden akan berupaya mencarikan solusi bagi upaya modernisasi pertanian tersebut beserta pembiayaannya.
“Kita temukan semua di Istana. Kalau ketemu kan solusinya nanti menjadi jelas,” tuturnya.
(*)