JAKARTA — Klaim calon presiden petahana, Joko Widodo (Jokowi) terhadap proyek infrastruktur sebagai hasil kerja kerasnya justru menggerus tingkat elektabilitas.
Analisis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Tony Rosyid bahkan mengaku bingung dengan yang dilakukan mantan gubernur DKI Jakarta itu. Sebab, Jokowi kerap fulgar mengklaim proyek infrastruktur yang sesungguhnya dirintis oleh para pendahulunya.
Contohnya, saat Jokowi berpidato di acara peresmian MRT. Semestinya Jokowi mengakui bahwa itu ide brilian dari Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso semasa menjabat.
“(Mestinya Jokowi bilang) beliau hadir di sini tanpa Pak Sutiyoso nggak akan jalan karena tanpa beliau MRT nggak akan ada. Kemudian diselesaikan adalah Anies Baswedan dan inilah gubernur cemerlang kita. Saya hanya bagian dari mereka, tapi ikut urun sedikit aja,” katanya saat mengisi diskusi di Kantor Sekretariat Nasional (Seknas) Prabowo-Sandi, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (10/4).
“Coba bicara begitu, pasti yang suka Pak Sutiyoso dan Anies bisa coblos dia,” sambungnya.
Begitu pula, lanjut dia, dengan berbagai proyek infrastruktur lain yang dirintis oleh para pendahulunya tapi diklaim oleh Jokowi.
“Infrastruktur, saya hanya bangun karena peran Pak Karno dan Soeharto dan ada Pak SBY. Kalau begitu yang suka Soekarno dan SBY bisa coblos dia. Tapi sayangnya itu tidak dilakukan oleh Pak Jokowi,” imbuhnya, seperti dilansir Gelora.co.
Klaim infrastruktur menjadi masalah karena Jokowi tidak mau mengakui kinerja para pendahulunya dan tidak meminta maaf ketika melakukan kesalahan.
“Masalahnya lagi masyarakat Indonesia ini preferensi psikologis lebih besar dari preferensi rasional,” pungkasnya.
(*)