PALOPO — Menggandeng MIND Foundation, Fakultas Teknik Komputer Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP) menggelar Seminar Nasional Artificial Intellegence bertema Surfing di Era Disruptif, Minggu 30 Juni 2019 di Merdeka Convention Hall (MCH), Jalan Andi Kambo, Kec. Wara Timur, Palopo.
Narasumber utama di seminar kali ini adalah praktisi sekaligus pakar teknologi informatika, Dr Indrabayu ST MT MBus Sys, ia juga staf pengajar di Universitas Hasanuddin.
Kegiatan ini diawali laporan Panitia yang menyebutkan jumlah peserta yang hadir sebanyak 330 orang, rata-rata mahasiswa UNCP, dan sekitar 10 persen berasal dari kampus lain yang ada di Palopo serta dari kalangan umum.
MIND Foundation yang dipimpin tokoh muda Haeril Al Fajri, ketika tampil sebagai pengantar materi memberi motivasi kepada peserta untuk lebih mengenal apa arti Artificial Intellegence atau kecerdasan buatan itu sendiri dan bagaimana menjadikannya sebagai ”senjata’ yang ampuh menghadapi tantangan di era digital memasuki era industri 4.0.
Sementara itu, narasumber utama Indrabayu, dalam paparannya membagi masalah ini dalam tiga hal pokok.
Yakni, Industri 4.0 dan tantangan ke depan, kedua, standar form seleksi startup MBC agar mampu mendisrupsi dan bukan terdisrupsi, dan ketiga, aplikasi Artificial Intellegence dan contoh mini industri 4.0 bagi masyarakat.
“Intinya, bagaimana peserta seminar di era persaingan dalam industri 4.0 ini mampu menciptakan kecerdasan buatan karena ilmu semakin maju, semakin berkembang, kecerdasan juga harus ikut di upgrade, jika kita tak dapat bersaing, karena kompetitor semakin maju di depan, maka otomatis kita lah nantinya yang terdisrupsi, kita hanya jadi konsumen yang konsumtif sedang mereka jadi produsen yang produktif,” papar Indrabayu.
Kata dia lagi, contoh kecilnya E Sports, game PUBG itu dibikin orang luar, sedang orang Indonesia hanya jadi pemain. Nilai ekonominya mereka yang sedot, tapi kita dapat apa? Coba pikirkan, mereka kuasai teknologi dan masyarakat kita hanya bisa menyumbang quota data ke provider, menyumbang ke perusahaan development pembuat game, dan sebagainya, ini kan unproduktif, kita tidak saja lost time, tapi lost money,” tukasnya seraya tersenyum.
(****)