Ketua PPBTPI Berharap Naiknya Harga Kakao Jadi Momentun Kejayaan Untuk Petani

MEDU ONLINE, LUWU UTARA — Ketua Umum Perkumpulan Penangkar Benih Tanaman Perkebunan Indonesia (PPBTPI) Dr. Ir. H. Badaruddin Puang Sabang MM, berharap dengan kenaikan harga kakao yang mecapai rekor tertinggi bisa menjadi momentum kembalinya kejayaan kakao di Luwu Raya, Sulawesi Selatan.

Pada priode Oktober 2023, harga referensi biji kakao meroket naik hingga tembus ke level tertinggi GBP 3.277 per ton (Rp 63,90 juta) merupakan rekor tertinggi harga kakao dalam lebih satu dekade atau sejak diperdagangkan pada tahun 1920.

“Kita berharap momen itu dapat mendorong semangat para petani bersama pemerintah daerah dan pelaku usaha pertanian untuk mengembalikan kejayaan kakao di Luwu Raya. Karena berdasarkan data yang ada, saat ini produksi kakao kita, terus mengalami penurunan. Bahkan rata-rata produktivitas petani masih jauh di bawah 500 kilogram per hektarenya,” ungkap tokoh petani Sulsel yang akrab disapa Puang Badar ini, Sabtu (4/10/2023)

Menurutnya, sampai tahun ini, dari data World Population Review, Indonesia masuk dalam urutan ketiga sebagai produsen terbesar kakao di dunia setelah Ghana dan Pantai Gading. Meski dari sisi produktivitas, perkembangan produksi kakao Indonesia 2012-2022 masih berfluktuasi dengan kecenderungan alami penurunan.

Sedang, produksi kakao di Sulawesi Selatan, sebesar 91,24 persen yang tersebar di 10 kabupaten. Kontribusi dari 10 kabupaten tersebut yang terbesar hingga capai sekitaran 20 persen, dihasilkan dari perkebunan kakao asal Kabupaten Luwu Utara, sekitar 21,13 persen dan Kabupaten Luwu sekitar 19,72 persen.

“Lonjakan harga diakibatkan oleh penurunan
produksi kakao dunia yang terganggu dari berbagai hal, seperti perubahan iklim ekstrem, fenomena El Nino, kemarau panjang, penyakit busuk buah, dan berkurangnya lahan kebun kakao. Seperti di Luwu Utara, dulunya pada 2019 memiliki sekitar 56.000 hektar kebun kakao tapi saat ini berkurang sampai sekitar 40.814 hektar,” ujar Puang Badar.

Lebih lanjut, Puang Badar memperkirakan permintaan biji kakao secara global tetap berpotensi meningkat dalam beberapa tahun mendatang seiring kian meningkatnya permintaan pasar terhadap produk makanan-minuman berbasis cokelat.

“Para produsen telah prediksikan harga bahan utama cokelat akan tetap tinggi kedepannya. Olehnya itu, kita berharap para petani di Luwu Raya ini makin giat memelihara kebun kakaonya secara intensif dan tetap konsisten tidak melakukan alih fungsi lahan, dari kakao ke komoditi lainnya,” harapnya.

“Komitmen Pemerinta daerah juga terlihat jelas dalam mengembalikan kejayaan kakao. Malah di Luwu Utara telah merampungkan Peta Jalan Kakao Lestari 2020 – 2045 yang bertujuan memperbaiki produksi dan meningkatkan kesejahteraan petani. Semoga ini dapat terlaksana maksimal,” tambah Puang Badar.

Pos terkait