BELOPA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) nasional merilis data tingginya potensi cuaca ekstrim di berbagai daerah.
Kabupaten Luwu, adalah salah satu yang ikut masuk dalam daerah rawan bencana.
Terdapat sedikitnya lima potensi bencana alam akibat musim panca roba saat ini.
Pemerintah dan masyarakat pun diimbau agar meningkatkan kewaspadaan dan koordinasi untuk mencegah korban jiwa akibat bencana.
Prospek cuaca tiga harian ke depan misalnya, untuk Sulawesi Selatan dan khususnya Kabupaten Luwu narasinya terdapat depresi tropis di Laut Sulu (level 925/600 mb), dan sirkulasi siklonik (level 925/800) di TimorLeste. Kondisi tersebut dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah sekitarnya, sehingga berpotensi hujan lebat melanda Sulawesi Selatan hingga tanggal 19 November mendatang.
“Sudah ada peringatan dini dari BMKG agar semua daerah waspada bencana. Khusus kita di Kabupaten Luwu, diimbau kepada segenap masyarakat dan khususnya pemerintah di tingkat desa dan kecamatan agar meningkatkan kewaspadaan dan mengintenskan koordinasi dengan jajaran terkait. Cepat laporkan jika ada tanda-tanda ancaman bencana, baik itu hujan deras, banjir, tanah longsor, dan bahaya gelombang laut,” imbau Bupati Luwu, Andi Mudzakkar melalui Kabag Humas, Muhammas Ansir Ismu, Jumat petang tadi (17/11/17).
Meskipun saat ini cCuaca berada pada kondisi panca roba, sebutnya, namun patut mendapat perhatian serius masyarakat. Sebab, potensinya tidak hanya bisa menimbulkan gangguan kesehatan tapi juga sangat potensi terjadinya bencana. “Sulit ditebak. Siang terik, tapi sorenya langsung hujan deras. Jika sudah demikian, masyarakat yang berada dekat dengan sungai atau pegunungan agar waspada bencana banjir atau tanah longsor,” harapnya.
Menurut Ansir, jika berdasarkan pengalaman bencana sebelumnya yang sandingkan dengan imbauan BMKG, musim pancaroba memungkinkan terjadinya lima potensi bencana alam. Yakni banjir, banjir bandang, tanah longsor di daerah dataran tinggi, angin kencang seperti puting beliung, petir atau kilat, dan gelombang tinggi di wilayah perairan.
“Intinya, masyarakat dan pemerintah harus intens koordinasi dalam mewaspadai bahaya bencana alam. Kita tiba menebaknya, sehingga yang diperlukan adalah kewaspadaan dengan membaca kondisi alam di sekitar kita,” tandas Ansir.
Untuk diketahui, bencana petir yang mengancam Luwu Raya telah menelan korban jiwa dua petani lada (merica) yang di Desa Asuli, Kecamatan Towuti, Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel), Selasa (14/11/2017).
Korban bernama Bakri Kaso (45) warga Desa Toddopuli Kecamatan Bua, Luwu tewas di tempat kejadian.
Sementara Muslimin warga Desa Lurah Kecamatan Ponrang, Luwu dalam kondisi kritis dan dirawat di RS PT Vale Indonesia. Muslimin menderita luka bakar di sekujur tubuhnya sekitar 70 persen dari pusat sampai betis.
Berdasarkan laporan polisi, kejadiannya sekitar pukul 15.00 Wita, kedua korban tersambar petir saat berteduh di bawah kolong pondok kebun lada milik Ivan Farid, warga Jl Kerinci no 2, Desa Wawondula, Kecamatan Towuti. Bakri Kaso memetik lada bersama istrinya, Darniati (42), anaknya Dasrul (14).
Tiga rekannya lainnya juga warga Luwu Muslimin (korban), Sahria (40) dan Yusril (17). Saat hujan turun, Bakri Kaso dan Muslimin pergi berteduh dibawah kolong.(*)