BI – UNHAS, Joint Research Digital Farming Kakao di Luwu Utara

MEDU-ONLINE, LUWU UTARA — Diseminasi hasil riset ‘Potensi Peningkatan Produktivitas Tanaman Kakao Melalui Digital Farming’ Studi Kasus Kabupaten Luwu Utara digelar di Aula La Galigo, Kantor Bupati Luwu Utara, Masamba, Jumat (21/1/2022).

Kegiatan ini dihadiri Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan, Causa Iman Karana, Ketua Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Dr Iqbal Sl, serta sejumlah pihak terkait, termasuk petani kakao.

Kpw Bank Indonesia Sulawesi Selatan, Causa Iman Karana dalam sambutannya menyampaikan bahwa kabupaten Luwu Utara memiliki pangsa dalam pertumbuhan ekonomi sulsel sebesar 2,4%. Sementara pangsa dalam ekonomi Luwu Utara sebesar 25% yang jumlah penduduknya mencapai 4% dari jumlah penduduk sulsel.

“Sedangkan perekonomian Luwu Utara didominasi oleh sektor pertanian dengan penyumbang tertinggi ke-6 yakni sebesar 6% dari kinerja pertanian di sulsel. Dan bagaimana caranya kita mengembangkan tanaman kakao di Luwu Utara,” ungkapnya.

Causa menambahkan, Sulsel maupun Luwu Utara tren IPM yang meningkat dari tahun ke tahun. IPM Luwu Utara masih konsisten berada dibawa rata-rata provinsi setidaknya selama 10 tahun terakhir.

“Secara sektolar, investasi di Luwu Utara didominasi oleh sektor industri makanan dengan pangsa sebesar 46% dari total investasi dalam 6 tahun terakhir. Diharapkan peningkatan investasi kedepannya,” pungkasnya.

Sementara itu, Bupati Luwu Utara, Indah Putri Iindriani, mengatakan, Luwu Utara memiliki luas wilayah kurang lebih 7.502,58 kilometer persegi.

Merupakan salah satu sentra kakao di Indonesia.

Menurut Indah, produksi kakao merupakan primadona yang dapat menopang kegiatan pembangunan. Namun terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Pada tahun 2020, produksi kakao Luwu Utara mencapai 30.856,05 ton. Tahun 2019 28.102 ton dan tahun 2018 26.405 ton.

“Sementara luas areal tanaman pada tahun 2020 mencapai 40.814 Ha, 2019 40.007 Ha, dan 2018 39.767 Ha,” kata Indah.

Pemkab Luwu Utara, lanjut Indah, berkomitmen mengembalikan kejayaan kakao di daerahnya, salah satunya melalui digital farming.

Upaya ini, kata dia, selaras dengan program unggulan Bisa Bersaing.

Yakni peningkatan daya saing daerah.

Meliputi, pengembangan padi sawah berkelanjutan, sagu abadi, kakao lestari, dan kopi berkualitas.

Menurut dia, berbagai hambatan pengembangan kakao yang telah teridentifikasi saat ini antara lain terkait daya dukung lahan yang terus menurun.

Adanya area kakao yang terdampak banjir, meningkatnya serangan hama penyakit pada kakao, adanya luasan kakao yang sudah tua dan tidak produktif.

Kurangnya modal petani, terbatasnya keahlian serta adopsi teknologi oleh petani (SDM), keterkaitan hulu-hilir, dan persoalan kelembagaan kakao yang lain. Untuk itu, inovasi dalam bidang pertanian menjadi keharusan.

Mengingat pertanian memiliki pangsa yang besar terhadap perekonomian serta mayoritas penduduk Luwu Utara bekerja pada lapangan usaha ini.

Selain inovasi, digitalisasi pertanian juga dianggap dapat memberikan harapan pada ekonomi pasca masa pandemi.

“Besar harapan saya dengan adanya diseminasi hasil riset ini dapat mentransformasi praktik kakao saat ini dalam menjawab kebutuhan di masa depan,” tuturnya.

Dalam kegiatan ini, salah satu yang diperkenalkan adalah aplikasi DiGicoa.
Aplikasi yang berisikan tentang budidaya kakao, mulai dari informasi peyediaan bibit hingga penyuluhan.

Pos terkait