Malangke — Rangkaian panjang prosesi adat Kedatuan Luwu dalam menyambut Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) ke-72 dan Hari Jadi Luwu (HJL) ke-750 yang puncaknya digelar pada Sabtu (20/1) kemarin di Kompleks Makam Datuk Pattimang merupakan cerminan nilai semangat kebersaman dan persatuan. Demikian dikatakan Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani dalam sambutannya di acara puncak prosesi adat, Matemmu Taung.
“Acara yang kita lakukan hari ini penuh dengan nilai kebersamaan dan persatuan. Kami katakan demikian karena kegiatan ini mencerminkan sebuah semangat Mesa Kada Dipatuo Pantan Kada Dipomate. Sebuah nilai perjuangan rakyat Luwu dalam mengusir kaum penjajah di bawah kepemimpinan Datu Luwu Andi Djemma pada 23 Januari 1946 silam di kota Palopo,” ujar Bupati Indah.
“Beliau adalah Raja terakhir yang memimpin langsung perang gerilya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Dalam suasana bergerilya itulah beliau bernazar, jika suatu saat Indonesia merdeka, sebagai bentuk kesyukuran kapada Allah Swt, beliau akan makan bersama dengan rakyat,” ujarnya menambahkan.
Adapun rangkaian prosesi adat Mattemmu Taung yang dilaksanakan Kedatuan Luwu dalam menyambut HPRL/HJL yang sudah dilakukan sejak 18 Januari kemarin adalah Kirab Budaya Tana Luwu di Istana Kedatuan Luwu, LangkanaE, yang puncaknya digelar pada 20 Januari kemarin di Kompleks Makam Datuk Pattimang Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara. Di mana dalam prosesi adat tersebut, tiga ritual sakral digelar, yaitu Mappalesso Samaja, Manre Saperra dan Tudang Ade.
“Semangat dan nilai masseddi siri’ di dalam jiwa Datu Luwu Andi Djemma tentu saja kita harapkan tumbuh dan berkembang di hati sanubari kita semua melalui rangkaian kegiatan dari seluruh prosesi adat tersebut. Dan menjadi tugas kita bersama untuk menjaga kemuliaan tersebut seperti yang dikatakan Opu Pabbicara tadi tentang esensi dari kemuliaan tersebut. Dan memang butuh perjuangan untuk menjaganya,” tutur Indah.
“Nah, tugas kita bersama untuk tidak silau terhadap harta, tidak lumpuh karena pujian, dan tidak tuli karena jabatan. Insya Allah, bersama kita semua akan memperjuangkan nilai-nilai kemuliaan tersebut untuk tetap kita jaga. Tidak hanya di Tana Luwu, tetapi kita juga berharap dapat tersebar menjadi nilai-nilai kemuliaan bagi bangsa dan tanah air tercinta ini,” pungkas Bupati beralias IDP ini.
Sebelumnya, Luthfi Andi Mutty selaku Opu Pabbicara dalam sambutannya mengatakan, substansi dari seluruh rangkaian acara Matemmu Taung adalah revitalisasi nilai alebbireng atau kemuliaan yang selama ini dijunjung tinggi oleh Kedatuan Luwu. “Alebbireng itu tercermin pada tiga hal yaitu tidak silau oleh harta, tidak tuli oleh jabatan, dan tidak lumpuh oleh pujian. Untuk itu, tanggung jawab kita untuk selalu menjadi suri tauladan dari sikap dan tindakan tersebut,” kunci Bupati pertama Luwu Utara tersebut.
Puncak prosesi adat matemmu taung ini dihadiri beberapa tokoh se-Tana Luwu. Selain Opu Datu XL Luwu Andi La Maradang Mackulau Opu To Bau, Bupati Luwu Utara dan jajarannya, juga turut hadir Anggota DPR-RI Luthfi Andi Mutty, Opu Cenning, Bupati Luwu Andi Mudzakkar, Ketua DPRD beserta Anggota DPRD Luwu Utara, Kapolres Luwu Utara, Pabung Kodim 1403 Sawerigading, dan beberapa unsur Forkopimda lainnya. (Lukman Hamarong)