Palopo — Kirab Budaya Tana Luwu, Kamis (18/1), di Kota Palopo, berlangsung meriah. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya tidak kurang 1.500 peserta dari seluruh perangkat adat yang ada di Luwu Raya, termasuk beberapa raja se-nusantara. Sebut saja Pringgo Husodo dari Pakualam, Ratu Noerlizah Nurdin dari Kepri, Andi Mappasomba dari Makassar, Amsal Sampetondok dari Walmas, dan Makole Baebunta Andi Masita Kampasu dari Luwu Utara. Menariknya, hadir pula tamu dari luar negeri, seperti Pangeran Haji Muhammadsyah dari Brunei Darussalam, dan Tengku Syawal dari Singapura. Peserta adat terbanyak dari Walmas dengan menghadirkan 33 Ketomakakaan yang dipimpin langsung Amsal Sampetondok.
Kirab atau Karnaval Budaya Tana Luwu mengambil start pukul 13.00 wita dari Lapangan Pancasila menuju Istana Kedatuan Luwu, LangkanaE, dengan melewati jalan Andi Djemma sepanjang 2 km. Peserta Kirab dari Luwu Utara yang terdiri dari Kamakolean Baebunta yang dipimpin Andi Masita dan Pemda Luwu Utara yang dipimpin Staf Ahli Bupati Jumail Mappile, mendapat start urutan kedua setelah Kedatuan Luwu. Mereka mengenakan pakaian adat khas Luwu, Rongkong dan Rampi. Tampak pula seluruh Camat beserta Kepala Desa-nya. Ini bukti bahwa kepedulian perangkat adat dan jajaran Pemda Luwu Utara sangat peduli dengan kegiatan-kegiatan pelestarian budaya. Rombongan peserta kirab Lutra tiba di Istana pukul 14.30 wita dan disambut Datu ke-40 Luwu Andi Maradang Makkulau Opu Bau.
“Hari ini kita melaksanakan dan mengikuti kegiatan Karnaval Budaya atau Kirab Budaya Tana Luwu dengan harapan bahwa kegiatan pelestarian budaya semacam ini semakin semarak dan meriah. Dan yang lebih penting adalah bagaimana kita menjaga dan melestarikan budaya kita ini dengan sebaik-baiknya. Jangan hanya saat ada kegiatan-kegiatan dan momentum seperti ini baru kita adakan pertemuan. Ini saya sampaikan kepada kita semua, khususnya yang ada di Kemakolean Baebunta,” ujar Makole Baebunta, Andi Masita Kampasu, saat ditemui sebelum pemberangkatan peserta Kirab Budaya menuju Istana Kedatuan Luwu.
Andi Masita menjelaskan, kirab budaya ini merupakan salah satu prosesi adat Tana Luwu yang rutin dilakukan setiap Januari yang biasa juga disebut Matemmu Taung. Mengingat pada bulan tersebut ada dua peristiwa heroik yang wajib diperingati, yaitu Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) ke-72 dan Hari Jadi Luwu (HJL) ke-750. “Prosesi adat ini setiap tahunnya kita lakukan, termasuk tahun ini. Dimulai dengan acara Malekke Wae yang kita laksanakan di Kolaka Utara pada 17 Januari kemarin. Dan hari ini kita melaksanakan Karnaval Budaya. Insya Allah, 20 Januari kita akan mengadakan acara Manre Saperra dan Tudang Ade di Desa Patimang Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara,” tutur Masita, seraya menambahkan bahwa prosesi adat ini juga menjadi bagian dari penyambutan Festival Keraton Nusantara (FKN) yang dipusatkan di Palopo. “Tahun 2019 kita menjadi tuan rumah FKN. Jadi ini semacam pra FKN,” pungkasnya (Lukman Hamarong)