Luput dari Perhatian Pemkab Luwu, Lima KK Miskin Alami Hal Ini

BELOPA — Lima Kepala Keluarga di Luwu, Sulawesi Selatan, luput dari perhatian pemerintah kabupaten Luwu. Padahal rumah mereka bersebelahan dengan rumah jabatan bupati Luwu.

Aris, salah seorang warga, mengaku sudah setahun tinggal menetap di lingkungan Senga, Kelurahan Senga, Kecamatan Belopa. Rumahnya bertetangga langsung dengan rumah jabatan Bupati Luwu, hanya dipisahkan pagar rumah jabatan.

Bacaan Lainnya

Aris mengatakan, karena menderita sakit gula, dia tidak lagi bisa bekerja seperti biasanya, terpaksa istrinyalah yang bekerja sebagai buruh panen, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, itupun jika sedang musim panen.

“Kalau tidak ada beras, kami makan pisang rebus, tapi kalau ada sedikit uang, kami beli sagu untuk dijadikan kapurung,” cerita Aris, Jumat 26/01/2018.

Rumahnya hanya berlantai tanah, agar kaki tidak kotor saat berjalan, Aris melapisinya dengan terpal bekas. Sementara dinding rumah, terbuat dari tripleks bekas, sisa pemakaian stand waktu perhelatan Luwu Expo dua tahun lalu. Kondisi ini juga serupa dengan empat rumah lainnya di lokasi tersebut.

Meski rumahnya berdampingan dengan rumah dinas bupati, Aris tidak banyak berharap dapat bantuan atau belas kasihan dari bupati. Dia hanya berharap, penyakit gula yang dideritanya, bisa segera sembuh agar bisa beraktifitas kembali untuk menafkahi keluarganya.

Dia menambahkan, selama ini hanya sekali menampatkan jatah beras miskin dari pemerintah, setelah itu tidak pernah lagi.

Adapun Nursidah, anak mantu Aris, juga hidup serba kekurangan. Suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan, tidak dapat berbuat banyak untuk menghidupi keluarganya. Sama dengan Aris, Nursidah juga kadang menjadikan pisang sebagai pengganti nasi. Pisang diperoleh dari kebun di sebelah rumahnya.

“Aroma masakan dari rumah dinas bupati, sering membuat kami semakin lapar, tapi kami hanya bisa ikut menikmati aromanya saja,” tutur Nursidah.

Nursidah berharap, bisa mendapatkan pekerjaan sambilan, agar dapat membantu suaminya menghidupi keluarganya.

Ismail, Lurah Senga, membantah jika lima kepala keluarga tersebut, luput dari perhatian pemerintah. Kelimanya sudah masuk dalam daftar bedah rumah yang diusulkan ke Dinas Tata Ruang dan Pemukiman.

“Sisa menunggu realisasi dari Dinas, jadi tidak benar kalau dibilang kami tidak peduli pada warga kami,” kata Ismail.

Dia lalu bergegas membeli satu karung beras, lalu dibagikan pada warga tersebut.(*)

Pos terkait