MEDU-ONLINE | Meski sudah 118 hari berlalu sejak adiknya, Panca Subastio (17) ditemukan tak bernyawa lagi di parit samping kantor Mandala Finance di kota Palopo, namun sang kakak, Ekki Sulistio merasa sangat yakin jika adiknya itu tewas dibunuh bukan karena kecelakaan.
Ekki meyakini jika adiknya itu tewas dikeroyok pada malam takbiran, atau tepat di saat umat muslim kota Palopo akan merayakan Hari Raya Idul Adha, Selasa 20 Juli 2021.
Bukan tanpa alasan pihak keluarga Panca melontarkan sinyalemen. Pelajar SMKN 2 Palopo itu ditemukan tewas dengan luka lebam di kelopak mata serta luka lain di punggung kanan dan dada sebelah kiri, seperti penuturan keluarga, saat Almarhum Panca dimandikan untuk kemudian dimakamkan pada Kamis 22 Juli 2021 lalu di Murante, Mungkajang.
Dilihat Tim Kabar Pagi Medu Online, di akun sang kakak yakni: Ekhii Sulisthio disitu uneg-uneg dan curahan hati Ekki dituangkan lantaran ia merasa jika tidak ada progres dari pihak Polisi atas perkembangan kasus tersebut.
Ekki menulisnya pada Minggu 26 September lalu pukul 21.13 Wita, di akun Facebook pribadinya.
Berikut isi lengkap curhatan sang kakak yang sudah disunting redaksi.
Menjadi legenda kasus kematian saudara kami yang mayatnya ditemukan oleh security Mandala Finance yang tergeletak di saluran pembuangan air, samping kantor Mandala Finance di Jalan Jenderal Sudirman Kota Palopo, pada tanggal 19 Juli 2021.
Pada tanggal 22 Juli 2021 saya dan 3 keluarga mendatangi Polres Palopo untuk menanyakan kasus kematian saudara kami yang ditangani oleh pihak yg berwajib.
Tak lama kemudian kami dipertemukan oleh salah satu oknum kepolisian yg tak bisa saya tuliskan namanya.
Kami dipertemukan oleh beberapa kerabat (teman korban) dan mereka menceritakan kronologis kejadian tersebut.
“Kami lagi duduk main gem sekitar jam 1 lewat (sekitar 1:30) tiba-tiba ada orang yg datang mengedarai motor 3 orang dan membawa kayu dan berteriak: JANG KO LARI makanya kami berhamburan lari bersamaan dengan korban dan jatuh ke bawa got,” kata beberapa kerabat yg dimintai keterangan.
Saya meminta melihat rekaman CCTV yg ada di kantor Mandala, rekaman yg kami lihat hanyalah orang berhamburan berlari yang tidak bisa dikenali.
Setelah kami mendengar cerita dari orang-orang yang dimintai keterangan tersebut dan melihat hasil CCTV yg tadi, jelas Oknum Kepolisian yg mendampingi kami berkata:
”Tabe di, kita sudah lihat CCTV dan mendengar CCTV hidup (orang-orang yg dimintai keterangan). Kemungkinan adik ta hanya lari ketakutan dan jatuh ke bawah got sampai dia meninggal, jadi kasus kematian adek ta hanya sekedar kecelakaan bukan kasus kekerasan (pemukulan) sampai dia meninggal.”
Kami hanya diam dan berpamit untuk pulang ke rumah dan kami sampai di rumah menceritakan hasil pertemuan kami. Tak ada satu pun keluarga yg menerima hasil pertemuan kami di Polres, pihak keluarga hanya mengatakan:
“Tidak masuk akal hanya lari baru jatuh di got yg kira-kira ketinggiannya sampai dua meter dan air hanya tinggi 2 jengkal sampai banyak luka di bagian mukanya.”
Saya pun berkata kepada keluarga: “Semua orang yg melihat keadaan mayat almarhum sampai anak kecil pun pasti tidak percaya kalau hanya jatuh na begitu kondisi mukanya”
Kasus kematian saudara kami tutup, sampai sekarang kami pihak keluarga belum mendapat keterangan yang pasti dari pihak berwenang yang menangani kasus kematian saudara kami.
“Keluarga kami hanya minta keadilan atas meninggalnya saudara kami”
Namun titik terang dan segumpal asa masih ada. Apalagi jika hasil pemeriksaan Biddokkes Polda Sulsel yang ikut membackup Polres Palopo pada Sabtu kemarin (13/11) lewat hasil autopsi bisa menghasilkan suatu bukti baru menuju terang benderangnya kasus ini di kemudian hari. Semoga kasus ini dapat terungkap secara utuh, tidak parsial atau sepotong-sepotong yang terus menimbulkan tanda tanya.
(*)