Hari ini tepat empat tahun Tragedi Walmas Berdarah. Sebuah refleksi kembali dihadirkan untuk mengenang getirnya perjuangan masyarakat di bagian Utara Kabupaten Luwu itu. Mozaik akan peristiwa ini, dituturkan kembali oleh salah satu aktor penting peristiwa tersebut, Bayu Purnomo mantan aktivis pergerakan mahasiswa. Berikut penuturannya;
Proses panjang pembentukan Walenrang Lamasi (Walmas) menjadi Daerah Otonomi Baru atau DOB yaitu calon Kabupaten Luwu Tengah menyisahkan banyak kisah dalam perjuangannya, salah satunya ketika mahasiswa dan masyarakat Walmas melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran pada tanggal 11/12 November 2013 silam yang dipicu karena tidak masuk dalam calon DOB Luwu Tengah dalam pembahasan 65 calon DOB baru yang diusulkan pemerintah saat itu, sehingga terjadilah chaos antara para demonstran dan aparat keamanan yang berlangsung sekitar 2 hari , para mahasiswa memblokade jalur Trans Sulawesi tepatnya di Desa Batusitanduk Kecamatan Walenrang, hal itu dilakukan karena tanpa alasan, menurut para demostran, mereka melakukan itu untuk memperlihatkan bentuk kekesalannya terhadap pemerintah dan wakil rakyat, bahwa Luwu Tengah itu suatu keharusan, Luwu Tengah soal kebutuhan rakyat di 6 kecamatan di daerah Walmas.
“Kan aneh kok Luwu Tengah tidak masuk dalam kelompok 65 calon DOB sementara segala prasarat yang diatur di PP 78 tahun 2007 sudah dipenuhi oleh Fopkalt selaku wadah perjuangan pembentukan Kab. Luwu Tengah dan Pemda Luwu selaku Pemerintah Kab. Induk Walmas, itulah sebabnya kami perlihatkan kekesalan kami saat itu,” tandas Bayu, seorang pelaku demonstrasi, saat ditemui di salah satu warung kopi di Kota Palopo sambil memperlihatkan ekspresi kekecewaan bercampur sedih menceritakan tragedi yang biasa di sebut “Tragedi Walmas Berdarah”
Namun setelah aksi tersebut hampir semua media baik cetak maupun elektronik lokal maupun nasional mengangkatnya sebagai isu utama. Hal inilah yang mendorong Komisi 2 DPR RI saat itu yang membidangi soal pemekaran daerah untuk melakukan pembahasan ulang beberapa daerah yang belum masuk dalam kelompok 65, sehingga masuklah nama “Luwu Tengah” ke dalam kelompok 22 calon DOB, tandasnya. Andaikata saat itu tidak ada riak, yakin saja Luwu Tengah tidak akan masuk ke dalam kelompok susulan 22 daerah yang akan dimekarkan, imbuh Bayu.
Di sisi lain tragedi Walmas berdarah menyisakan luka yang begitu dalam, tidak saja bagi Bayu Purnomo tapi juga warga Walmas pada umumnya.
Akibat tragedi ini, sampai harus meregang nyawa satu warga yaitu almarhum Chandra, puluhan masyarakat dan mahasiswa menghadapi repressifnya aparat bahkan ada beberapa yang cacat seumur hidup ditambah lagi 13 orang warga dan aktifis pejuang Luwu Tengah yang harus masuk bui karena dianggap menghasut, memprovokasi dan melakukan perlawanan terhadap aparat, salah satunya adalah Bayu sendiri yang dianggap sebagai otak utama dibalik chaos tragedi tersebut dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum dengan hukuman penjara selama 6 bulan kurungan. Namun bagi dia, “menang atau pilu, tapi saya bangga berada di barisan terdepan untuk kepentingan masyarakat Walmas,” ucapnya lirih.
Dengan memperingati Tragedi 11-12 November ini saya hanya ingin menyampaikan pesan kepada para penentu kebijakan, kelak moratorium pemekaran dibuka kembali oleh pemerintah besar harapan kami agar Luwu Tengah menjadi prioritas utama, mengingat perjuangannya yang sudah sampai belasan tahun ini ditambah lagi, korban materi, waktu bahkan nyawapun telah dikorbankan untuk perjuangan yang mulia ini, tidak ada alasan untuk tidak menomorsatukan Luwu Tengah jika moratorium telah dibuka kembali.
Sampai hari ini Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan moratorium pemekaran daerah melalui Mendagri, yang dalam penjelasannya, Fiskal APBN yang menipis menjadi alasan utama pemerintah memberhentikan pemekaran daerah untuk sementara waktu.
Doa untuk almarhum Chandra semoga dilapangkan kuburnya dan beristirahat tenang di sisi Allah SWT.
Untuk kawan-kawan Pejuang Luwu Tengah mari tetap semangat mensinergikan seluruh potensi yang ada semoga kelak cita cita kita bersama bisa terwujud dan cukup itulah darah dan korban yang merenggut nyawa kita, tidak ingin lagi ada Chandra Chandra yang lain, hingga Luwu Tengah benar benar terwujud. Amin.
Terakhir harapan saya, jangan coba-coba ada yang mempolitisasi isu pemekaran Luwu Tengah, saya menyadari betul antara perjuangan dan kepentingan politik sangat tipis jaraknya, sangat sulit dipisahkan sehinggga saya berharap masyarakat pandai memilah mana yang benar benar murni berjuang dan mana yang hanya nanti mau berjuang untuk Luwu Tengah jika ada maunya, tandas bayu sambil senyum.
Apa lagi ya ini dekat-dekat momentum perhelatan politik, saya melihat sudah ada yang mulai menggiring isu Luwu Tengah untuk jadi jualan politiknya, saya kira sah-sah saja andai dia benar-benar orang yang telah berjuang, namun yang saya sayangkan jika yang bahkan tidak merespon positif pun Luwu Tengah selama ini sudah mulai bicara ingin memperjuangkan kan aneh, ada apa? tanyanya dengan penuh keheranan.
Selamat melakukan Refleksi Tragedi Walmas Berdarah, sepenggal catatan kelam bagi anak bangsa.
*) Seperti Dituturkan Bayu Purnomo pada Media Duta Online, 11/11/2017 (Foto: Int)