POLITIK — Kehadiran Ali Mochtar Ngabalin di Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, Kamis (21/3), diwarnai demonstrasi. Sejumlah mahasiswa berunjuk rasa menentang kehadiran Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden itu.
Ngabalin hadir di kampus 1 UIN Sumut di Jalan Sutomo, Medan, untuk menjadi pembicara ‘Dialog Publik Wawasan Kebangkasaan Menuju Kedaulatan Maritim dan Daya Saing Bangsa dalam Era Revolusi Industri 4.0’.
Selain Ngabalin, panitia juga menghadirkan Sekretaris Jenderal Kemenkominfo, Rosarita Niken Widiastuti; Rektor UINSU, Prof KH Saidurrahman, dan Direktur Informasi, Komunikasi dan Maritim, Septriana Tangkary.
Suasana di Aula HM Arsyad Thalib Lubis mendadak riuh saat Ngabalin memaparkan materi dan menayangkan video dan foto Presiden Jokowi. Terdengar teriakan mahasiswa, sebagian mengangkat simbol 2 jari.
Sementara di luar gedung, puluhan mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan, berunjuk rasa. Pendemo yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa UIN Sumatera Utara menentang kehadiran Ngabalin yang dinilai sarat politik.
“Kampus harus menjaga independensinya sebab Ali Mochtar Ngabalin adalah bagian dari tim kampanye nasional 01,” kata Bobby Harahap, koordinator aksi.
Dia mengatakan, tim kampanye mana pun tidak boleh berpolitik di kampus. “Kampus tidak boleh dijadikan lahan politik praktis dan lahan-lahan kepentingan pribadi. Tim sukses akan kami usir,” jelas Bobby yang dilansir Merdeka.com.
Menurut pengunjuk rasa, kehadiran Ngabalin sarat muatan politik, meskipun acara dikemas dalam kegiatan dialog wawasan kebangsaan.
“Masa di acara wawasan kebangsaan yang diputar foto Jokowi, sehingga suasana di dalam itu jadi ricuh,” sebut Bobby.
Ngabalin sempat keluar menemui pengunjuk rasa untuk mengklarifikasi kehadirannya. Namun, mahasiswa menolak.
“Usir, usir, usir,” teriak mereka.
“Pulang kau, pulang kau,” sambung yang lain.
Karena mahasiswa menolak, Ngabalin kembali masuk ke ruangan. Tak lama berselang, dia meninggalkan UIN Sumut.
Wakil Rektor 3 UIN Sumut Prof Amroeni mengatakan, tidak ada unsur politisasi kampus pada kegiatan itu. Dialog publik itu murni untuk memberikan wawasan kebangsaan bagi mahasiswa UIN Sumut.
“Pada hari ini kita mengadakan kegiatan dari Kominfo terkait masalah menghadapi revolusi industri. Kemudian ada yang menganggap politisasi kampus, ini perlu diluruskan. Dalam kegiatan ini, pada hakitatnya, tidak ada istilahnya politisasi,” ungkap Amroeni.
Mengenai adanya mahasiswa yang menganggap dan menafsirkan acara itu sebagai politisasi kampus, menurutnya hal itu sebagai kewajaran karena idealisme mahasiswa.
“Tapi, acara ini hakikatnya untuk kebangsaan dan bagaimana juga mahasiswa menghadapi revolusi 4.0,” jelasnya.
Ditanya tentang sanksi terhadap mahasiswa yang berunjuk rasa, Amroeni mengatakan, pihaknya hanya memberikan peringatan atau memberi pemahamannya.
“Supaya jelas pemahamannya,” sebutnya.
(*)