Mappededceng — 12 petani asal Desa Pattirodeceng Kecamatan Camba Kabupaten Maros melakukan study banding di Kabupaten Luwu Utara, Rabu (8/11), di tiga Desa di Kecamatan Mappedeceng, yaitu desa Uraso, Harapan dan Mappedeceng. 12 petani adalah perwakilan dari empat Kelompok Tani yang ada di Desa Pattirodeceng.
Mereka mengunjungi tiga peternak lebah madu trigona di masing-masing desa tersebut. Dalam study banding itu, mereka bertanya tentang bagaimana cara membudidayakan lebah madu trigona dengan baik dan benar, sehingga mereka bisa melakukan hal serupa di kampung asal mereka.
Dipilihnya Mappedeceng sebagai lokus study banding, selain karena pusat pengembangan budidaya lebah madu trigona di Lutra, juga karena koloni yang pertama kali diperkenalkan di Kecamatan Camba berasal dari Mappedeceng. “Koloni pertama yang diperkenalkan di Camba asalnya dari sini. Olehnya itu, kenapa tidak kita bawa saja mereka langsung di penangkarannya supaya mereka bisa lebih paham,” ujar Fasilitator Lapangan Yayasan Haji Kalla Maros, Helma Denista, saat ditemui di sela-sela kegiatan.
Helma menjelaskan, di Yayasan Haji Kalla ada program yang namanya Program Bangkit Sejahtera di masing-masing desa, dan untuk Desa Pattirodeceng, budidaya lebah madu trigona sampai pasca panennya menjadi fokus kegiatan. Untuk itu, katanya, mereka sangat membutuhkan informasi yang mendalam terkait hal tersebut. “Mereka sangat membutuhkan informasi tentang budidayanya sampai pasca panennya,” terang Helma.
Salah satu daya tarik budidaya lebah madu trigona karena bisa dilakukan di pekarangan rumah, dan tidak terlalu resisten terhadap kondisi iklim tertentu. Sepanjang kebutuhan pakannya tersedia, maka proses budidaya tidak mengalami kendala. “Selain pakannya yang mutlak harus selalu tersedia, juga hama tidak terlalu mengganggu, sehingga prosesnya tidak serumit yang kita bayangkan,” ujar Sulastri Yusuf salah seorang pembudidaya lebah madu trigona yang juga seorang penyuluh kehutanan.
Di tempat yang sama, Kepala BPP Mappedeceng Basrul, mengaku bersyukur wilayahnya dijadikan lokus kegiatan study banding budidaya lebah madu trigona. Itu artinya bahwa Luwu Utara, khususnya Mappedeceng, dijadikan barometer pengembangan lebah madu trigona di Sulsel. “Alhamdulillah, kami bersyukur karena didatangi tamu yang jauh untuk sama-sama belajar. Dan kami siap memberikan fasilitas prima yang mereka butuhkan selama kegiatan ini berlangsung. Semoga setelah ini, mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan untuk mereka tindaklanjuti,” pungkas Basrul (Lukman Hamarong)