“Maksud dan tujuannya sama, yakni ingin menggiring opini, ingin menciptakan citra positif calon bahwa kerja-kerja di tingkat elit berjalan mulus, dan tentu pula sebagai bahan bargaining ke parpol lain, itu saja inti sebenarnya, tapi bisa jadi, ada maksud-maksud lain yang tersembunyi, wallahu alam,” ucap mantan Komisioner KPU Palopo ini.
PALOPO – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Palopo yang masa pencoblosannya 27 Juni 2018 mendatang semakin menarik dan penuh intrik. Kasak kusuk bakal calon walikota berikut tim sukses (timses) mewarnai pemberitaan media sepekan terakhir.
Adalah Juru Ucap bakal calon petahana, Astamanga Azis yang getol mengeluarkan statement jika Judas Amir, bakal calon walikota 2018-2023 konon sudah mengamankan 23 kursi di DPRD Palopo sebagai modal untuk maju sekaligus menyingkirkan calon lain yang dianggap berpotensi menghalangi hajat sang calon petahana untuk berkarya dua periode demi pembangunan Kota Palopo.
“Insha Allah, calon petahana Judas Amir sudah mengantongi 23 kursi, lebih dari cukup untuk diusung dalam tahapan PilkadaPalopo,” jelas Astamanga saat mengumumkan hasil rilis calon wakil walikota dari dua lembaga survei ternama awal November lalu.
Sontak, manuver Astamanga ini langsung membuat lawan-lawan politik Judas Amir ‘naik tanduk’. Asri Yusuf, Juru Ucap Basiruddin, S.Kom meradang dan langsung mengirim rilis ke sejumlah awak media, ia bilang statement Manga, sapaan akrab Jubir JA itu sebagai bualan dan hanya bermaksud untuk menggiring opini publik.
BACA JUGA: Jubir JA: 23 Kursi itu Sudah Fix
“Kalau cuma klaim kami maklumi saja, tetapi kami juga punya info A1, jika Basiruddin sudah didukung 2 parpol, selain PAN menyusul Gerindra keluarkan rekomendasi,” tulis Asri di Posko Pemenangan Basiruddin-Mustahir Sidu, Selasa 7/11 lalu.
Celotehan Juru Ucap Basiruddin itupun langsung disahuti Ketua DPC Gerindra Kota Palopo. Kurang dari 14 jam setelah pernyataan jubir Basiruddin, Hj Hasriani menyebarkan rilis yang isinya menegaskan jika partai besutan Prabowo Subianto itu masih ‘perawan’ alias belum ada yang punya, Rabu 8/11.
Bukan hanya DPC, DPD Gerindra Sulsel pun lewat bibir Syawaluddin Arif membantah klaim pihak Basiruddin. Isinya lebih tegas, bahwa Gerindra 99% sudah menjadi milik calon Petahana. 1% nya lagi saat Prabowo balik dari lawatannya ke benua Eropa dan meneken surat rekomendasi untuk Judas Amir tersebut.
BACA JUGA: Jubir HB Anggap Klaim Petahana Borong 23 Kursi Sebagai Lelucon
Menurut pengamat politik, Sawal Nurdin, manuver dan intrik politik sudah jadi bumbu penyedap menuju proses tahapan Pilkada. Klaim mengklaim di musim politik agaknya sudah jamak dilakukan. Tidak cuma di Pilkada, di Pilgub pun setali tiga uang.
“Maksud dan tujuannya sama, yakni ingin menggiring opini, ingin menciptakan citra positif calon bahwa kerja-kerja di tingkat elit berjalan mulus, dan tentu pula sebagai bahan bargaining ke parpol lain, itu saja inti sebenarnya, tapi bisa jadi, ada maksud-maksud lain yang tersembunyi, wallahu alam,” ucap mantan Komisioner KPU Palopo ini.
“Tapi, yang menarik lagi tidak ada satupun partai, hingga hari ini yang menyatakan secara resmi akan mengusung siapa di Pilwalkot, yang ada komunikasi secara personal antara ketua partai dan awak media baik via phone ataupun sekedar ketemu di warkop, bukan pernyataan secara institusi kepartaian dan selalunya menunggu arahan dari DPP partai,” tambahnya.
Partai politik yang banyak di klaim calon seolah-olah jadi rebutan para kandidat, dalam situasi seperti ini partai seharusnya hati-hati, tidak ikut ritme politik calon karena terkesan partai tersebut tidak konsisten dan komitmen di mata konstituen, ujar Sawal mengingatkan.
Konstalasi Politik di Pilkada Palopo terbilang unik, karena masing-masing kandidat mengeluarkan jurus yang sama. Tak ada yang ingin merasa tersaingi. Semua kandidat, meski dengan langgam berbeda memainkan jurus klaim sana sini, yang mungkin bagi telinga sebagian masyarakat awam dianggap hal yang wah alias luar biasa.
BACA JUGA: Rebutan Gerindra, Klaim Siapa yang Bakal Terbukti?
Afrianto, Jubir Haidir Basir (HB) pun tak mau kalah. Sabtu malam, 10/11, ia selain membantah tudingan calon petahana yang sudah memborong 23 kursi, juga mengklaim jika pasangan Haidir Basir-Haji Ridwan sudah memiliki kecukupan kursi, tak pelak, 8 kursi sudah diraup, sebagai prasyarat maju di Pilkada Palopo.
“Statement Jubir JA itu terkesan mengada-ada, dan cenderung melukai demokrasi, karena hingga saat ini belum ada satupun calon yang bisa memperlihatkan surat rekomendasi sesuai format yang nantinya disetor ke KPU saat mendaftar,” tandas Afrianto kepada Media Duta Online.
Saling klaim parpol ini memicu rumor tak sedap, konon, elit-elit parpol mulai dari tingkat DPC hingga DPP telah melakukan praktik jual beli kursi. Isunya, sejumlah parpol sudah di ‘bom’ terlebih dahulu dengan panjar sampai 50%, yang sisanya baru dilunasi kemudian, saat rekomendasi sudah di genggaman.
Bukan rahasia lagi, menurut sumber orang parpol sendiri yang mengatakan jika harga sebuah ‘kursi’ bervariasi tergantung pintar-pintarnya melobi. Tak heran, jika politik uang masih mewarnai panggung pilkada, dimana harga sebuah pementasan politik tak ada yang ‘geretong’ alias cumacuma.
“Semua perlu diongkosi, mulai dari transportasi ke Makassar dan Jakarta, belum lagi biaya lembaga survei dan administrasi sampai di tingkat DPP,” ujar sumber.(IY/*)
BACA JUGA: PAN Putuskan Usungan di Pilkada Palopo Pekan Depan, Juru Ucap Basiruddin Bilang Begini