Wah! Kasus Tewasnya Brigadir J di Rumah Irjen Ferdy Sambo Dinilai Janggal oleh Anggota DPR RI Ini, Apa Saja?

MEDU-ONLINE, KRIMINAL | Anggota DPR RI asal Fraksi PDI Perjuangan, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin yang merupakan lulusan Akmil 1974 menilai ada kejanggalan dalam kasus baku tembak sesama polisi di rumah dinas pejabat Polri, Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, pada Jumat (8/7/2022) lalu, sekitar pukul 17.00 WIB tersebut.

Seperti dilansir Tribun, berikut sejumlah kejanggalan yang dibeberkan Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin:

Bacaan Lainnya

1. Kejanggalan terselisik mulai dari pengiriman mayat Brigadir Nopryansah ke rumah keluarga secara diam-diam.

“Kejanggalannya yang pertama, kenapa baru ada press release dua hari kemudian, setelah jenazah dibawa secara diam-diam ke kampung halaman kemudian diprotes keluarga,” kata Tubagus Hasanuddin mengutip TribunJabar.id, Selasa (12/7/2022) petang.

2. Kemudian urusan pangkat ajudan dan sopir. Menurut Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan, Brigadir J sebagai sopir istri Kadiv Propam Polri ditembak ajudan Kadiv Propam, Bharada E.

Menurut TB, pangkat sopir itu Bharada, sementara ajudan Brigadir. “Itu kan kebalik. Sopir seharusnya yang Bharada, sebaliknya, ajudan Brigadir pangkatnya,” kata Tugabus.

3. Tubagus meneruskan, kalau memang benar dari Divisi Humas Polri yang menyatakan Brigadir J masuk ke ruang istrinya Kadiv Propam, dalam rangka apa perbuatan itu dilakukan?

4. Apakah betul penjelasan bahwa Brigadir J masuk ke kamar kemudian melakukan pelecehan lalu menodongkan pistol. “Seharusnya, bukannya Brigadir J yang ditodong?” katanya.

5. Kejanggalan soal posisi ajudan Kadiv Propam, Bharada E. Menurut TB Hasanuddin, tak masuk akal ajudan itu tinggal di rumah sementara Kadiv Propam tidak di rumah. “Seharusnya kan ikut mengawal,” katanya.

6. Soal luka sayatan. Tubagus mengatakan jika ada yang mengatakan luka sayatan itu terserempet peluru, maka bukanlah luka sayatan yang seharusnya didapat. Tetapi luka bakar. “Peluru itu kan panas. Kalau menyerempet, ya lukanya luka bakar,” katanya.

Tubagus mendesak agar Kapolri menurunkan tim khusus untuk melakukan investigasi, sebab ini menyangkut jiwa manusia.

“Seharusnya lakukan saja (penyelidikan) terbuka. Termasuk jenazahnya divisum. Masak, kok orang meninggal langsung dikirim (ke rumah duka) saja,” ucapnya.

Nomor WA dan Medsos Ayah, Ibu, serta Kakak Brigadir J yang Tewas di Rumah Kadiv Propam Diretas

Sementara itu, tiga anggota Keluarga Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J mengaku mengalami peretasan nomor WhatsApp dan media sosial .

Tiga anggota keluarga itu adalah kakak Brigadir J, Yuni Hutabarat, ibunya Rosti Simanjuntak, dan ayahnya Samuel Hutabarat.

“Orang itu mau menyelidiki kami, mencari sesuatu terkait almarhum untuk mengaitkannya dengan kami,” kata Samuel di rumah duka, di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Muarojambi, Selasa (12/7/2022).

Ia mengatakan, kakak dan ibu korban telah mengalami peretasan sejak Selasa pagi.

Semua akun media sosial mereka sudah tidak bisa diakses.

Pada aplikasi WhatsApp tertulis, “Kami menemukan upaya login yang biasanya tidak Anda gunakan. Kami sudah mengunci akun Anda untuk mengamankannya”.

Samuel Hutabarat, ayah dari Brigadir Yosua alias Brigadir J pada aplikasi WhatsApp tidak lagi bisa diakses, Selasa (12/7/202).

Samuel heran dengan adanya peretasan ke kontak pribadi pihak keluarga.

Pada dasarnya, Samuel hanya meminta kejelasan kronologi kematian Brigadir J dan meminta keadilan.

“Saya minta Pak Kapolri memberikan keadilan dan kejelasan pada kami. Buatlah tim pencari fakta yang independen, agar bisa dibuktikan kalau memang anak kami salah,” kata Samuel.

Samuel juga berharap tidak ada lagi teror terhadap keluarganya. Terutama peretasan di ranah pribadi keluarga.

“Kontak terakhir dengan almarhum, ya kami minta dia (Brigadir J) melihat adiknya yang sakit,” ujar Samuel.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan (Foto: net)

Pernyataan Pihak Kepolisian yang tidak Konsisten

Ada kejanggalan lain seputar tewasnya Brigadir J seperti yang dirangkum Tempo berikut ini:

Pada Senin, 11 Juli 2022, pukul 14.37 WIB, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan mengatakan insiden baku tembak bermula saat Brigadir J masuk ke rumah dinas Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.

“Brigadir J berada atau memasuki rumah salah satu pejabat Polri di perumahan dinas Duren Tiga. Kemudian, ada anggota lain atas nama Bharada E menegur dan saat itu yang bersangkutan (Brigadir J) mengacungkan senjata, kemudian melakukan penembakan, dan Bharada E tentu menghindar dan membalas tembakan terhadap Brigadir J,” ujar Ramadhan.

Namun, di hari yang sama, 5 jam kemudian, Ramadhan memberikan keterangan yang berbeda dari konpres sebelumnya, pukul 14.37 WIB.

Dalam konpres yang digelar pukul 19.50 WIB. Dia mengatakan Brigadir J sempat masuk ke kamar Kadiv Propam dan melakukan tindakan pelecehan, serta menodongkan senjata berupa pistol ke kepala istri Irjen Ferdy. “Itu benar melakukan pelecehan dan menodongkan senjata dengan pistol ke kepala istri Kadiv Propam itu benar,” kata Ramadhan.

Saat insiden terjadi, kata Ramadhan, istri Kadiv Propam berteriak yang kemudian membuat Brigadir J panik dan keluar kamar.

Mendengar teriakan tersebut, Bharada E pun segera mengecek dari lantai dua dan bertanya kepada Brigadir J yang berada di lantai satu. “Bharada E bertanya ke Brigadir J, ‘ada apa, Bang,’ tapi dibalas tembakan,” kata Ramadhan.

Bharada E lantas membalas tembakannya yang kemudian mengakibatkan Brigadir J tewas dengan 5 luka tembak.

Menurut Ramadhan, Bharada E selamat dan tidak mengalami luka tembak. “(Bharada E) Tidak ada, kan posisi dia lebih tinggi dan dia posisinya dalam keadaan yang terlindung,” ucap Ramadhan.

 

Luka Sayatan di Jasad Brigadir J

Menurut pihak keluarga Brigadir J, terdapat sejumlah luka sayatan di tubuh mendiang yang diduga berasal dari senjata tajam. Melalui media, Bibi dan ayah dari Brigadir J menyampaikan terdapat luka tembakan di tubuh Brigadir J. Luka tembak tersebut di antaranya ada di leher, dada, dan tangan.

Selain itu, dua ruas jari Brigadir J dikatakan putus, serta luka senjata tajam di bagian mata, hidung, mulut, dan kaki.

Sementara itu, luka sayatan yang ada pada jenazah, pihak Kepolisian hanya mengatakan akibat proyektil yang ditembakkan oleh Bharada E. “Iya, itu sayatan itu akibat amunisi atau proyektil yang ditembakan Bharada E,” ujar Ramadhan.

KET. FOTO: Mendiang Brigadir J atau Noprianyah Yosua Hutabarat (tengah) dan Irjen Pol Ferdy Sambo (kiri) serta si jago tembak, Bharada E (Ft: Twitter: _KanjengRaden)

Bharada E si Paling Sniper (Jago Tembak)

Brigadir J adalah anggota Bareskrim yang ditugaskan sebagai sopir dinas istri Kadiv Propam. Sementara Bharada E bertugas sebagai pengawal Kadiv Propam.

Lima tembakan yang dilepaskan Bharada E menimbulkan tujuh luka di tubuh Brigadir J. Polisi mengungkapkan soal kondisi luka tersebut berdasarkan hasil autopsi awal.

“Dari hasil autopsi tersebut, disampaikan bahwa ada tujuh luka tembak masuk dan enam luka tembak keluar dan satu proyektil bersarang di dada,” ujar Kapolres Jaksel Kombes Budhi Herdi Susianto di kantornya, Selasa (12/7).

Dia mengatakan Bharata E menggunakan pistol semi-otomatis Glock 17 yang bisa memuat hingga 17 butir peluru. Tim Polres Jaksel menemukan barang bukti sisa 12 peluru dalam magasin pistol itu sehingga ada lima peluru yang ditembakkan.

Budhi juga menjelaskan soal lima peluru yang keluar dari senjata Bharada E dan tujuh luka tembak masuk di tubuh Brigadir J. Budhi mengatakan ada dua tembakan Bharada E yang mengakibatkan empat luka tembak.

Salah satunya, kata dia, tembakan Bharada E ada yang mengenai jari dan tembus ke badan Brigadir J.

“Peluru yang ditembakkan oleh saudara RE itu mengenai kelingking dan tembus sampai ke badannya sehingga itu dihitung dua. Kemudian ada juga peluru yang mengenai lengan sebelah dalam juga tembus ke tubuhnya jadi itu dihitung dua,” beber Budhi.

Budhi juga menjelaskan terkait enam luka tembak keluar di tubuh Brigadir J. Budhi mengatakan ada peluru yang tembus ke bagian tubuh yang lain.

“Begitu pula ada tujuh tembak keluar itu juga sama dihitung. Ulangi (maksudnya) enam tembak keluar karena satu bersarang, jadi yang dari kelingking tadi satu masuk dihitung satu lagi keluar kemudian yang di telapak sini pergelangan juga satu masuk dihitung satu keluar, itu,” ujar Budhi.

Budhi juga sempat menjelaskan tentang profil Bharada E. Bharada E merupakan penembak nomor 1 di Resimen Pelopor Korps Brimob, sehingga piawai memegang senpi.

“Di Resimen Pelopornya, dia sebagai tim penembak nomor 1 kelas 1 di Resimen Pelopor ini yang kami dapatkan,” ujarnya.

Budhi mengatakan Bharada E juga merupakan pelatih di Resimen Pelopor tersebut.

(*/ist)

Pos terkait