Wahai Pak Dokter, Siapa (Mau) Manajeri Gaspa?

OPINI — Publik kota Palopo dalam sepekan terakhir ini kembali sedang demam bola. Itu setelah ada kabar bahwa Liga 3 akan kembali bergulir bulan September 2019 nanti. Maka sejumlah persiapan pun dilakukan. Euforia massa pemerhati bola pun menyeruak di Sosial Media. Ada yang senang, ada yang tenang tapi ada pula yang sedikit garang. Mereka rata-rata rindu kembalinya Gaspa, si anak hilang, untuk kembali beredar di liga reguler PSSI.

Sebagai kuli tinta, kesibukan berada di kawasan Sport Centre Lagaligo sepekan terakhir ini sangat saya nikmati. Karena hobi bola, tugas mengawal perjalanan tim baik Gaspa maupun Palopo United tentu menjadi hal yang menyenangkan dan juga sebenarnya biasa-biasa saja. Tetapi “atmosfir lain” dan riak-riak menuju pencapaian prestasi selalu saja ada. Itu mungkin sering disebut sebagai tantangan.

Maka rapat-rapat Pengurus Askot PSSI Palopo, juga Exco PSSI dan klub-klub baik formal maupun informal kini menjadi rutinitas. Beruntung, di era digital ini, mengerjakan tugas, membuat laporan dan berita, tak perlu lagi balik ke kantor atau rumah, cukup dari Warkop yang punya fasilitas Wifi gratis, semua bisa beres.

Lanjut soal geliat dan euphoria Gaspa dan Palopo United. Saya gambarkan saja Gaspa sebagai anak tertua yang baru lepas dari kerangkeng FIFA, sedangkan Palopo United adalah anak bungsu yang baru kenal dunia “gemerlap” kompetisi dan langsung memperoleh mahkota juara di Liga 3 Sulsel.

Dua tipikal yang kontras ini, selalu jadi bahan bincang di warung-warung kopi, bukan warung remang-remang yaah. Ibaratnya, dua saudara yang usianya terpaut jauh ini berasal dari rahim yang sama, yakni Kota Palopo, kota idaman kita semua.

Maka membanding-bandingkan keduanya, selain tidak bijaksana juga hanya akan membuang-buang energi, karena saat ini, kedua klub ini butuh uluran tangan kita semua terutama pemerintah kota Palopo, selaku bapak yang harusnya membina anak-anaknya yang ingin “bertempur” membawa nama daerah ke kancah regional, bahkan mungkin, jika kelak beruntung, ke tingkat nasional. Pemikiran dan sumbangsih nyata apa yang bisa kita berikan? Pikirkanlah.

Maka, mari kita semua mulai merenung, bagaimana cara mengorbitkan Gaspa Palopo agar kembali “tajam” dan disegani rivalnya diatas rumput kompetisi. Tentu secara subjektif, saya ingin katakan, bahwa kita beruntung punya Ketua Askot PSSI Palopo yang seorang dokter dan juga gila bola. Bukan hanya itu, tahun 2018 kemarin, klub miliknya, Palopo United nyaris melangkah ke 32 Besar Liga 3 Nasional, sebelum dikandaskan di Playoff Zona Sulawesi yang saat itu dilibas Persmin Minahasa 2-5 di Stadion Merdeka Smart, Gorontalo, November 2018.

Beruntung, karena “Pak Dokter” Abdul Syukur Kuddus, mau mengeluarkan “sedikit” dana pribadi dan keluarganya, untuk urusan sepakbola yang itupun, kadang masih ada juga orang mencibir dan bicara minor, entah di Warkop atau Sosmed, padahal kontribusinya untuk dunia olahraga nihil. Tong kosong bunyinya sumbang.

Ada wacana berkembang, meski baru sebatas rumor, bahwa Ketua Askot PSSI Palopo itu berencana ingin mengorbitkan Gaspa Palopo kembali dan rela “mengorbankan” klubnya, Palopo United. Ia sudah memikirkan tudingan orang jauh-jauh hari. Kelak jika Gaspa Palopo, yang notabene kerangka timnya saja belum terbentuk dengan baik, dan kalaupun sudah terbentuk dengan persiapan minim tentu akan sulit untuk bisa langsung menggebrak dan menuai harapan besar penggila bola Palopo.

Karena dalam olahraga, tak ada prestasi yang instan. Semua butuh proses, sementara publik kota Palopo dikenal sangat kritis serta fanatismenya terhadap Gaspa begitu tinggi.

Maka dari itu, untuk mengeliminir cemooh suporter, jika misalnya Gaspa terkulai di awal kompetisi, belum bertarung sudah mencret, dan sebagainya, maka “Pak Dokter” siap melakukan ‘operasi bedah plastik’ alias perombakan prioritas. Dengan legowo, ia akan melebur Palopo United dengan gabungan pemain “kelas dua” dan senior. Sementara itu, Gaspa 1958, sebagai reinkarnasi Gaspa Palopo (karena legitimasinya sementara berproses) akan dihuni “pemain papan atas” yang kualitasnya mumpuni dan pernah melakoni kerasnya persaingan di Liga 3 Sulsel tahun lalu.

Mungkin euforia seleksi pemain di hari kelima dan seterusnya ini, yang biasa kita saksikan selama empat hari terakhir di Stadion Lagaligo akan sedikit menurun. Karena ternyata, skenario (agaknya) akan berubah. Sebagai Ketua PSSI Palopo, “Pak Dokter” akan membawa sepakbola di kota ini maju selangkah dan step by step diawali dengan perencanaan matang di Liga reguler dan semua jenjang kompetisi sepakbola yang ada, termasuk Piala Soeratin U17 Oktober mendatang.

Tak mudah memang, tapi bekerja ikhlas dan mengurangi bicara di publik, adalah salah satu cara menjawab keraguan banyak pihak. Maka spirit Gaspa yang disebut Exco PSSI Palopo sebagai roh leluhur yang terpatri di dada pemain harus dibangkitkan lagi, tidak semata soal teknis tetapi non teknis termasuk pendanaan sejak jauh-jauh hari harusnya sudah kita pikirkan.

Olehnya, judul tulisan ini, Siapa (mau) Manajeri Gaspa, sepertinya masih jadi tanda tanya juga. Karena banyak yang ‘kabur’ ketika ditawari amanah ini. Seperti kata Baharman Supri, Exco PSSI Palopo yang Sabtu sore (24/08) kemarin meninjau proses seleksi pemain, mengatakan, banyak yang cuma bersedia (membantu) tetapi cuma di mulut doang, ah teori dahhh!!! Preetttt!

Pokoknya, Mangewako Gaspa, Ewai Alemu!!!

Salam Olahraga!

(Bersambung)

*) Penulis Ishak Yswandi a.k.a Iccank Anto Razcal, adalah pemerhati sepakbola Palopo, jurnalis olahraga, mantan Sekjen Pertama The Macz Man

Pos terkait