Kado Kecil Kemenangan Buat Petani

KADO KECIL KEMENANGAN BUAT PETANI

MEDU ONLINE, — Ceritanya ini berawal saat hendak lanjut menulis catatanku kali ini terkait, pejuang pejuang hak petani, tapi sedang dalam kondisi kesulitan mengembangkan ide dan inspirasi menulis. Mungkin saya lagi terjangkit ‘penyakit’ Baperan.

Seketika rasa haru dan syukur tercangkok rasa kuatir itu terbersit menyatu mainkan emosi jiwaku, saat mendapat kabar bahwa sejumlah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Luwu Raya, telah berlakukan harga pembelian TBS sawit, sekitar Rp 1. 700,- 1. 780, perkilogram (kg).

Betul itu bikin Baper. Padahal saya anti dikatakan suka baperan. Tapi kayaknya wajar baper, sungguh hal itu karena menyangkut ‘urusan perut’ ribuan kepala keluarga berprofesi petani yang gantungkan nasib istri, anak-anaknya di pohon sawit.

Apalagi saya juga sedikit tahu proses awal, saat harga TBS sawit di Sulsel, alami penurunan dalam berapa pekan terakhir, hingga capai angka terendah di Indonesia Rp 1.500 kg dan tetiba saja dalam sekejap meroket naik diangka Rp 1.780, kg

Diskusi Kebun Sawit Terbang Ke Dialog Nasional

Setelah beberapa kali ikut dalam forum diskusi petani, membahas permasalahan petani yang digagas Puang Badar.

Lahir sejumlah solusi politis dan langkah-strategis untuk perjuangkan hak hidup petani di Tana Luwu, yang finalisasi rencana pelaksanaannya sempat dibahas dalam diskusi petani kala itu

Setelah itu, Puang Badar bersama Sekertaris Apkasindo Lutra, Mahmuddin dan Ketua Petani Miliineal Indonesia, Lutra, Kadding dan yang lainnya, bertolak ke Padang, Sumatera Barat demi memperjuangkan hak hidup petani di Sulsel, khususnya di Luwu Raya.

Di Padang, kampung Datuk Maringgi itu, mereka pun beraksi seperti orasi, melalui forum dialog nasional, bertajuk Menjaga Resillensi Perkebunan Indonesia yang dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan Pekan Nasional Tani Nelayan (Penas) XVI Tahun 2023.

Pada talk show itu, Kadding, tanpa ragu berbicara di depan pejabat kementerian pertanian RI dan sejumlah tokoh nasional pemerhati pertanian, secara blak-blakan mengungkapan sejumlah persoalan, menyoroti, menuntut, dan menyuarakan keluhan dari masalah-masalah yang dihadapi Petani di Luwu Raya selama ini.

“Terkait harga TBS sawit di Kabupaten Luwu Utara dan di Sulsel pada umumnya harga TBS yang paling rendah di Indonesia, padahal Menteri Pertanian kita berasal dari Sulsel. Ini jadi pertanyaan ada apa” ujar Kadding dalam forum dialog.

Selain itu, pada Rapat Kerja Nasional (rakernas) Dewan Pimpinan Pusat Apkasindo 2023 yang dihadiri langsung 22 Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) se-Indonesi yang di laksanakan di Padang Sumatera Barat.

Selaku Ketua Apkasindo Sulsel, Puang Badar juga menyampaikan aspirasi petani sawit di Luwu Raya terkait rendahnya harga TBS sawit dan meminta bantuan advokasi dari DPP Apkasindo dalam upayanya meinterpensi kenaikan harga TBS sawit di Sulsel.

Niat Tulus Kecil Diperjuangkan Hasilkan Kebaikan Besar

Hari itu, dari niat baik untuk perjuangkan hak hidup petani, Puang Badar terus bergerak dari sejumlah kebun sawit di pelosok desa yang ada di Lutra.

Menyentuh dan mendengarkan langsung keluhan dari para petani dan selanjutnya bergerak terbang jauh ke Kota Padang untuk tindaklanjuti suarakan aspirasi petani yang diamanahkan kepadanya.

Tak lama, Puang Badar pun terlihat bergegas menujuh bandara, terbang, balik ke Makassar karena apa yang diperjuangkannya di Padang ternyata langsung mendapat respon positif.

Beliau rupanya diundang untuk hadir dalam rapat penetapan harga TBS sawit Rp 1 780 kg di Sulsel, baru-baru ini.

Tampak, Puang Badar, duduk mengenakan baju bermotif kotak-kotak itu, tak terlihat sedikit pun rasa lelah di wajahnya. Sebaliknya dari senyum khasnya seakan berikan pesan ungkapan yang biasa disampaikanya

“Tulus berbuat dari niat baik, meski kecil tapi diperjuangkan sungguh-sungguh, akan hasilkan kebaikain yang besar.kepada kita” pesannya.

Kuatirnya Cukong Mainkan Sawit DiPilpres

Paling terakhir dan yang tersisa dari catatan saya ini adalah rasa kuatir bila harga TBS sawit itu tidak bertahan lama dan kembali mengalami penurunan. Pasalnya lawan yang dihadapi pejuang pejuang hak petani adalah “kekuaatan besar dan komplit”.

Misalnya, ketika penetapan harga TBS sawit itu berpotensi tidak menguntungkan para tengkulak dan pemilik perusahaan dannpihak lainya.

Belum lagi terkait kepentingan “Cartel atau mafia” di Komidi sawit yang diduga bakal jadii cukong pada agenda Pilpres 2024 mendatang.

Flashback, pada Pilpres 2019 lalu, bisnis industri kelapa sawit menjadi hot isu dan bahkan pengaruhya diduga “hingga pendanaan kampanye” karena sawit juga merupakan rana bisnis yang dikuasai oleh 29 taipan yang diprediksikan bakal bermain di Pilpres mandatang. Hal-hal itu semua sangat muda mempengaruhi harga TBS sawit.

Pada debat, Capres lalu, terungkap bila industri sawit sangat vital bagi negara sebagai penyumbang devisa terbesar sekitar Rp 280 triliun. Bahkan pengaruh sawit itu cukup besar terhadap ekonomi dunia, seperti erlihat dalam poin-poin kesepakatan di KTT G20 Bali lalu.

Tapi sangat disayangkan, vitalnya pengaruh sawit itu, tidak berbanding lurus dengan apa yang didapatkan petani sawit.

Hal Itu pula jadi alasan kenapa petani harus melek politik dan bisa bersatu perjuangkan hak petani melalui jalur politik agar kedepannya, regulasi atau produk-produk politik lainnya di Parlemen bisa lebih mengakomodir kepentingan hak petani.

Tapi mungkin untuk saat ini, jangan larut dalam rasa kuatir itu. Ada baiknya kita syukuri dan rasakan ‘kado kecil’ kemenangan petani dari Padang Sumatera Barat terkait harga TBS sawit ini.

Oleh: Dr. Ir. Badaruddin Puang Sabang, MM

Profesi: Ketua DPW Apkasindo Sulsel, Ketua DPW Partai Bulan Bintang (PBB) Sulsel, Ketua Umum Perkumpulan Benih Tanaman Perkebunan Indonesia

Pos terkait