Ditahannya Ketua Umum Golkar, Setya Novanto dinilai mampu memicu kader Golkar lainnya menempuh langkah improvisasi politis demi memperoleh jabatan puncak.
Partai politik sebagai pemain legal dalam dinamika demokrasi di Indonesia memang memegang peran penting dalam pembangunan bangsa.
Ketua Umum Terpilih Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI) Sulsel, Alief mengungkapkan, Ketua Harian Golkar, Nurdin Halid disebut-sebut sangat berpeluang dalam meraih jabatan Plt Ketua Umum menggantikan Setya Novanto.
Namun, sesuai komitmennya, ia tetap menolak posisi tersebut dan konsisten dengan niatnya membangun kampung lewat Pilgub Sulsel.
Lebih lanjut, Nurdin Halid rendah hati dan legowo terhadap keputusan Rapat Pleno Golkar dengan menunjuk Sekjen Golkar, Idrus Marham sebagai Plt Ketua Umum Golkar, Selasa (21/11).
“Orang bisa menilai bahwa bisa saja NH tergoda untuk menduduki kursi 01 DPP Golkar, tetapi pada faktanya Pak NH lebih mementingkan agenda kerakyatan di Sulawesi Selatan dan ini tegas sebagai perkataan lelaki yang berkomitmen di malam Deklarasi Rakyat oleh NH-Aziz di beberapa waktu lalu”, urainya, Rabu, 22 November 2017.
Deklarasi pasangan NH-Aziz telah dilakukan di Lapangan Karebosi, Jumat (17/11) lalu. Alief melanjutkan, kerendahhatian NH merupakan figur yang menunjukkan murninya tanpa ambisi dalam mengejar kekuasaan. Apalagi, Partai Golkar merupakan partai terbesar dengan status pemenang pemilu yang dapat menentukan pembangunan bangsa.
“Jika peran partai adalah peran-peran kebangsaan dan re-generasi partai merupakan titik strategis bagi kelanjutan peradaban kebangsaan maka di telapak tangan Pak NH digenggamnya peta kebangsaan,” bebernya.
“Tapi, Pak NH tolak menggenggamnya untuk dirinya tapi ia buka untuk anak bangsa yang (insya Allah) lebih strategis menjalankan roda-roda peradaban Indonesia”, tutup Alief. (*)