Oleh: Nurhaeni Amir *)
KEMBALI ke Palopo tahun 2017 tepatnya 19 Januari lalu menjadi pilihan yang agak sulit ketika itu. Bagaimana tidak, hampir 13 tahun merantau dan hidup di Jakarta kemudian memutuskan untuk kembali hijrah ke kota kelahiran, Palopo.
Butuh 3 bulan untuk berpikir dan memutuskan mantap untuk hijrah. Yang terlintas ketika itu adalah pengabdian dan sumbangsih untuk kampung halaman. Memperbaiki Ratona TV (Lembaga Penyiaran Publik Lokal) milik pemerintah kota Palopo, itu permintaan Wali Kota Palopo Judas Amir ketika menemui saya di Jakarta tahun 2016. Saat itu saya masih menjadi produser Beritasatu TV.
Mengingat background dan sedikit ilmu yang saya miliki, saya setuju dengan beberapa catatan untuk kembali ke Palopo. Yang saya tawarkan ketika itu adalah posisi Pemred (Pemimpin Redaksi), pengelolaan yang profesional, dan bebas dari kepentingan. Saya kemudian dipercayakan mengelola Ratona TV. Seingatku sebelum ke Palopo, Ratona TV sudah ada namun belum beroperasi normal. Tidak ada program berita, kadang siaran kadang tidak, tidak ada program rutin termasuk alur kerja yang tidak jelas.
Langkah awal yang saya lakukan ketika di Ratona TV adalah memperbaiki manajemen, menyusun program acara dan mengenalkan alur kerja di sebuah stasiun Televisi. Kuadopsi ilmu yang pernah ku peroleh saat bekerja di beberapa stasiun TV nasional di Jakarta.
Awalnya cukup berat, terkadang harus sampai menginap di kantor, tidur melantai di dalam studio dan di kursi sofa yang ada. Selama 3 bulan tidak pernah libur sampai merasakan 3 kali jatuh sakit dan berat badan turun.
Melewati bulan ke-5 di Ratona, sedikit demi sedikit persoalan diurai dan dilakukan perbaikan. Ratona TV yang bisa dinikmati melalui siaran TV kabel sampai saat ini memang belum sepenuhnya menggembirakan. Kadang siarannya jernih, kadang berbayang. Secara teknis, Ratona TV sebenarnya setiap hari siaran dan beroprasi normal, tidak mengenal tanggal merah, hari libur bahkan hari besar keagamaan. Siaran Ratona TV dihubungkan ke TV kabel dimana selanjutnya TV kabel lah yang menyirakan siaran Ratona ke rumah-rumah warga. Peralatan TV kabel dan Ratona TV yang berbeda (analog dan digital) menyebabkan perlu sinkronisasi dan beberapa perbaikan baik di Ratona maupun di TV kabel sehingga siaran bisa lebih baik. Sebagai TV baru ibarat bayi yang baru lahir, kesabaran dan perbaikan harus terus diupayakan dengan waktu yang tidak singkat dan pastinya tidak instan.
Sejak on air perdana, Ratona TV langsung mengudara 12 jam (mulai pukul 09:00 pagi hingga pukul 21:00 WITA). Sebenarnya dalam aturan LPPL, Ratona TV bisa melakukan siaran selama 3 sampai 6 jam dan boleh melakukan siaran di 5 hari kerja. Namun Ratona TV melakukan lebih dari yang menjadi standar, meski masih ada beberapa program yang sering di rerun (tayang ulang) karena keterbatasan SDM, peralatan dan biaya operasional siaran. Dengan berbagai kekurangannnya, Ratona dalam 1 tahun pertama melakukan uji coba siaran, berhasil lulus dan berhak mengantongi izin siaran tetap selama 10 tahun setelah melalui 3 kategori penilaian dari Kemenkominfo, Balmon dan KPID.
Selain mengantarkan Ratona TV mengantongi izin siaran tetap, dalam aturan internal saya melakukan beberapa aturan ketat. Mengingat TV baru dan masih sedikit SDM, Ratona yang ingin lari kencang hanya memberlakukan 1 kali libur dalam seminggu. Selain itu diberlakukan pemberian SP1 hingga SP3. Ada lagi yang tidak boleh dilakukan karyawan Ratona adalah menerima pemberian (amplop) saat menjalankan tugas. Jika ketahuan sanksi akan menanti, mulai dari pemberian SP2 hingga pemecatan. Tercatat saya 3 kali mengembalikan uang narasumber yang ketahuan memberikan ke kru Ratona yang meliput.
Akan terlalu panjang jika saya harus menjelaskan dan mengurai satu persatu mengapa dan apa alasan diberlakukannya aturan seperti itu, namun yang pasti saya lakukan demi kebaikan dan masa depan Ratona agar lebih baik. Ada lagi, saya juga tidak mengenal sistem “karyawan titipan” alias praktik nepotisme. Yang masuk Ratona harus melalui test dan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Beberapa keluarga dan kerabat saya yang pernah mendaftar tidak ada yang saya loloskan karena tidak sesuai kualifikasi yang dibutuhkan.
Ratona TV yang saat ini sudah bisa berdiri & beroperasi normal sebagaimana stasiun TV yang lain, saya anggap sudah bisa mandiri tanpa saya. Seperti ketika saya harus mundur dari Beritasatu TV untuk hijrah ke Ratona TV, kali ini saja juga memilih mundur untuk melanjutkan perjuangan baru. Perjuangan yang kembali akan membawa saya dengan tantangan yang berbeda, orang-orang yang berbeda dan latar belakang yang berbeda. Perjuangan yang berbeda ini saya anggap sebagai langkah mulia, demi kepentingan yang lebih besar. Saya gagal atau sukses dalam keputusan yang saya ambil kali ini, saya anggap sebagai sebuah risiko yang akan selalu ada dalam setiap keputusan.
Bagi saya, pengabdian dan perjuangan yang murni, akan lahir dari orang-orang yang berjiwa besar, berpikir besar dan bertindak besar. Semoga langkah saya ke depan mendapatkan Ridho dan Rahmat dari Allah SWT, semoga semua yang saya lakukan dengan tulus bernilai ibadah dan membawa manfaat untuk saya dan untuk orang lain. Aamin. (***)
*) Penulis adalah mantan Pemred Ratona TV, Caleg DPRD Provinsi Sulsel Dapil XI Luwu Raya dari Partai Golkar.