MEDU.ONLINE | Banyak isu-isu berkembang jelang tahapan Pilkada Luwu Utara awal September mendatang membuat kubu Arsyad Kasmar dan Andi Sukma (AKAS) hanya bisa geleng-geleng kepala.
Betapa tidak, bukan cuma isu “mati colli” alias tidak dapat kendaraan untuk bisa diusung di Pilkada Lutra, tapi negative campaign atau kampanye negatif lainnya juga diberondong ke Pasangan bertagline “Harapan Baru Lutra” itu.
Selain isu “boneka petahana” pasangan AKAS juga selalu dibonsai dengan isu menyesatkan soal elektabilitas yang berada di peringkat paling buncit dari 2 kandidat Petahana lainnya, yakni Indah-Suaib dan Thahar-Rahmat.
Lantas, apa kata Arsyad Kasmar sendiri menanggapi isu-isu miring tersebut?
Kepada awak media, Sabtu (22/8/2020), Arsyad dengan tenang menjelaskan bantahannya atas tuduhan lawan-lawan politiknya yang dianggap mulai gerah karena pergerakan senyap yang ia lakukan efektif dalam sebulan terakhir.
“Kalau ada orang yang bicara tentang isu-isu negatif diri saya maupun Andi Sukma, maka orang cerdas akan menilai itu sebagai bentuk kepanikan kelompok mereka untuk meredupkan semangat dan harapan baru bagi rakyat Luwu Utara yang semakin hari semakin yakin jika duet kepemimpinan yang ada saat ini lebih mementingkan ego pribadi daripada tugas pokoknya mengurusi rakyatnya,,” terang Arsyad.
Buktinya, masih kata Arsyad, dalam kondisi normal maupun pascabencana, duet kepemimpinan itu yang harusnya menunjukkan kedewasaan berpolitik dan sikap kenegarawanannya, tapi malah yang dipertontonkan adalah ambisi kekuasaan. Orientasinya jelas, padahal, rakyat butuh penjelasan yang cukup, soal mengapa kemiskinan sulit mereka atasi, mengapa angka pengangguran masih tinggi, kenapa bencana tidak bisa diantisipasi dengan mitigasi bencana yang memadai, sehingga rakyat jelata tidak dikorbankan, dan masih banyak lagi masalah lainnya, imbuh peraih penghargaan Pemuda Pelopor di bidang penciptaan lapangan kerja dan kesetiakawanan sosial serta medali Palapa Karya di bidang kepemudaan dari presiden Soeharto tahun 1990 dan 1997 itu.
“Banyak isu pertanda kegusaran pihak lain dan AKAS sangat diperhitungkan, saya dibilangi maju Pilkada hanya untuk bisnis jual beli suara, Astagfirullah, sampai hatinya mereka menuduh saya sekeji itu, padahal kami berdua maju murni untuk memperbaiki daerah bukan untuk bisnis menambah kekayaan. Yang ada malah kami buang-buang uang karena cost mengikuti Pilkada itu tidak sedikit. Tapi biarlah, hanya Tuhan dan diri saya sendiri yang tahu seberapa besar niat tulus di dalam hati kami untuk memperbaiki kampung halaman saya sendiri. Saya sabar dan hanya bisa tawakkal kepada Allah, saya serahkan semua urusan hanya kepadaNya,” bebernya.
“Ini adik-adik mahasiswa, dan rakyat Luwu Utara yang masih rasional, bukan yang emosional dan sentimentil, hanya karena faktor hubungan kedekatan dan kekerabatan, – pasti bisa menganalisa dengan jernih, objektif tidak subjektif. Bahwa, dari 3 pilihan Kandidat Calon Pemimpin saat ini, mana yang “punya dosa” terhadap rakyatnya dan mana yang “masih suci” dan benar-benar serius ingin mengubah wajah Luwu Utara agar lebih maju dan bermartabat sejajar dengan daerah lain, bukan sekedar retorika, lip services dan statistik yang burik,” pungkas Arsyad, yang di Pilkada Lutra 2020 bersama Andi Sukma mendapat dukungan 9 kursi, masing-masing PKS (2), Gerindra (3) dan Hanura (4) serta non kursi dari PBB. (*)