KENDARI – Pemilihan Ketua Umum (Ketum) BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sultra terus bergulir bak bola panas, dengan sejumlah persoalan yang tak kunjung selesai, sehingga prosesnya pun belum menunjukan signal untuk kepastian pengumuman verifikasi faktual berkas para bakal calon ketua umum (Balontum).
Kondisi tersebut mengundang keprihatinan dari salah seorang pengusaha muda, yang juga bagian dari pengurus HIPMI, Hendrawan.
Ketua Granat Kota Kendari ini menilai, proses pemilihan Ketum BPD HIPMI ini sudah diatur sedemikian rupa, untuk meloloskan Balontum tertentu sehingga prosesnya pun bisa dilaksanakan secara aklamasi.
“Steering Comite (SC) ini l tidak adil, ada yang ditutup-tutupi, mereka hanya mengejar siapa yang bisa menyetor Rp125 juta, tak lagi memikirkan kualitas figurnya,” ujar Hendrawan kepada awak media, Kamis 16 November 2017.
Dirinya juga menduga, telah terjadi permainan dan perang kepentingan di tubuh SC. Sebab, dalam persyaratan Balontum yang ditentukan SC sudah menyalahi Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (ADRT) HIPMI. Dicontohkannya, pada ADRT Pasal 31, anggota Hipmi harus mempunyai badan usaha dan berdomisili di daerah tersebut, kemudian untuk Balontum harusnya bisa menyerahkan tax amnesty saat mendaftar, tapi hal inj justru tak diprasyaratkan SC.
“Harusnya disertakan dengan persyaratan Balontum diwajibkan menyetorkan dokumen NPWP atau tax amnesty. Tapi ini justru tidak dilakukan SC, makanya patut dipertanyakan hal ini,” tambahnya.
Menurut dia, kalau melihat dari Balontum yang mengikuti proses pemilihan tersebut, dirinya bisa memastikan hampir semua tak memenuhi kriteria sesuai dengan ADRT HIPMU.
Bagaimana tidak, diketahui ada calon yang baru beberapa bulan membuka usahanya di Kota Kendari kemudian ikut proses ini, kemudian ada juga Balontum lain yang berdomisili di luar Sultra.
Sesuai dengan slogan organisasi, kata dia, yakni Pengusaha Pejuang, Pejuang Pengusaha. Maka penetuan Balontum tidak hanya sebatas melihat dari sisi pengusahanya, tapi dia harus memiliki track record dalam melahirkan dan membesarkan pengusaha-pengusaha muda di Sultra.
“Jadi jangan hanya membawa label sebagai pengusaha saja, itu belum cukup bagi seorang Balontum,” jelasnya.
Laporan: Ikas Cunge