Makassar — Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel, Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) dikenal sebagai pasangan nasionalis-religius. Tagline itu tidak sembarangan disematkan, melainkan karena kandidat nomor urut satu tidak hanya peduli pada peningkatan kesejahteraan alias urusan dunia. NH-Aziz juga menaruh atensi pada urusan akhirat yang dituangkan dalam program keumatan.
NH-Aziz juga berupaya sedapat mungkin mengadopsi kepemimpinan Rasulullah SAW yang dapat mengayomi seluruh elemen masyarakat. Menurut Aziz, kepribadian Rasulullah SAW dalam memimpin harus mampu ditiru oleh pemimpin lain yang ada di negeri ini. Termasuk para kepala dan wakil kepala daerah yang akan bertarung pada pilkada serentak 2018.
Menurut Aziz, setidaknya ada tiga teladan kepemimpinan Rasulullah SAW yang patut ditiru. Pertama, peduli terhadap rakyat, dimana Nabi Muhammad SAW merupakan sosok yang sangat penyayang. Ia menyebut Rasulullah merupakan tipe pemimpin yang mampu merasakan penderitaan rakyatnya. Olehnya itu, beliau tidak pernah ingin melihat atau membiarkan rakyatnya menderita.
Kedua, Rasulullah SAW adalah tipe pemimpin yang senantiasa bekerja keras untuk rakyat. Beliau telah memberikan contoh bagaimana sosok pemimpin ideal. Bukan untuk dilayani, melainkan melayani rakyatnya. Ketiga, Rasullullah SAW adalah tipe pemimpin yang sangat menyayangi rakyatnya. Cinta kasihnya sangat tulus.
“Teladan kepemimpinan Rasullullah SAW patut diimplementasikan. Rasullullah SAW merupakan pemimpin yang peduli rakyat, bekerja keras untuk rakyat dan menyayangi rakyat,” kata Aziz yang dikenal merupakan tokoh agama yang besar di lingkungan pesantren.
Lebih jauh, Aziz memaparkan Rasulullah SAW juga mengajarkan bahwa kepemimpinan bukanlah sebatas untuk menggapai kekuasaan. Dalam proses mencapai kekuasaan, jika proses dan caranya kasar, berarti jabatan yang diemban hanyalah menjadi tujuan belaka dan bukan lagi jembatan. Padahal, jabatan atau kekuasaan sejatinya adalah jembatan untuk beramal dengan mensejahterakan rakyat.
“Kalau sudah menghalalkan segala cara, kasar, penuh fitnah, dan jauh dari yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, jabatan baginya bukan jembatan untuk memakmurkan rakyat tapi sudah menjadi tujuan pribadi,” terang Aziz.
Selain itu, menurut Aziz, Rasulullah SAW telah menghadirkan sifat kepemimpinan yang santun dan tidak berjarak dengan rakyat. Hal tersebut terwujud melalui sikap sehari-hari yang hidup dalam kesederhanaan. Itulah yang menjadi salah satu alasan Aziz selama ini lebih memilih tinggal di lingkungan pesantren.
“Alhamdulillah sampai saat ini rumah saya di Depok di pesantren saja. Kalau di pesantren tidak mewah. Pesantren bisa mengontrol saya. Baik secara moral, spiritual, dan sosial. Naudzubillah min dzalik, jika tinggal di apartemen dan salat lima waktu bolong-bolong,” tegasnya.
Aziz merinci, dengan tinggal di pesantren, salat jamaah lima waktu bisa tetap terjaga. Hidup juga dapat lebih sederhana dan terarah. Berbeda jika tinggal di luar pesantren dengan banyak tuntutan dan godaan. Oleh karena itu, dirinya tidak pernah bermimpi punya rumah mewah apalagi apartemen.(*)